Sambil menunggu kejelasan pengusutan terhadap laporan di atas, saya perlu menggarisbawahi beberapa hal penting yang berkembang hingga kini. Bagi saya, kecerdasan kita sebagai masyarakat mesti berperan penting di sini untuk tidak menciptakan opini-opini tak berdasar yang semakin memperkeruh suasana yang memang sudah sangat keruh ini.
Pertama, mengenai artikel Sawito, saya sudah mempublikasikan sebuah tulisan yang di dalamnya saya memperlihatkan bahwa isi artikel tersebut tidak layak acu. Penulisnya tidak kredibel termasuk juga isi tulisannya tidak kredibel.
Sayangnya, seperti yang terbaca di CNN Indonesia dan sejumlah media lainnya, laporan ke polisi mengenai Samad, menjadikan artikel Sawito sebagai "barang bukti" (bukan "alat bukti") satu-satunya (tentu selain kesaksian Hasto nanti). Bagi saya ini disayangkan karena artikel tersebut tidak memiliki kekuatan hukum apa pun untuk menjerat AS. Sebaliknya, artikel tersebut justru memiliki kekuatan hukum untuk menjerat Sawito sendiri sebagai penulisnya, jika AS mempidanakannya atas dasar pencemaran nama baik.
Dan kedua, tulisan dengan nada yang mirip dipublikasikan oleh Yusran Darmawan kemarin berjudul: "Kartu Abraham Samad di Tangan Jusuf Kalla". Saya sudah mengomentari artikel tersebut dengan intonasi yang agak frontal karena saya melihat bahwa Yusran semata-mata mengemukakan sebuah klaim heboh dengan argumen yang sangat lemah (poor argument). Akan saya perlihatkan berikut ini:
- Dari judulnya, tercermin asumsi Yusran bahwa AS memiliki "kartu" (sesuatu yang negatif, pastinya).
- Yusran mengklaim bahwa "kartu" itu diketahui atau ada di tangan Jusuf Kalla.
- Untuk mendukung klaim itu, Yusran mengemukakan sejumlah indikator: a) AS dulu sering meminta nasihat kepada JK; b) ada isu kriminalisasi terhadap KPK yang menurut Yusran sebenarnya tidak; c) bahasa tubuh (gestur) AS terlihat "aneh" di hadapan JK.