Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Pura-pura Menjadi Kepala Sekolah

18 April 2012   09:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:28 451 0
Hari ketiga saya mengikuti ToT calon fasilitator diklat penguatan kemampuan kepala sekolah yang dilaksanakan di hotel Club Bunga, Batu, Malang. Pelatihan ini dimaksudkan untuk menjaring para peserta yang nantinya akan menjadi fasilitator diklat penguatan kemampuan kepala sekolah di seluruh Indonesia. Alhamdulillah, hari ini bisa konek internet dan bisa mencuri-curi waktu buat posting :)

Materi yang diberikan lumayan banyak. Diklat direncanakan hingga hari jumat besok. Acara padat dan disetiap akhir materi ada post test serta refleksi diri untuk mengetahui sejauh mana penyerapan peserta terhadap materi yang baru saja diberikan.

Hari pertama ada materi tentang pendidikan karakter bangsa. Ada banyak sekali karakter baik bangsa kita ini, namun hanya 18 yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Pengintegrasian karakter baik ini harus tercermin dalam silabus dan RPP yang dibuat oleh semua guru.

Ngomongin tentang pendidikan karakter, kayaknya cuma diawang-awang, bagus secara teori. Secara teori murid harus diajari untuk jujur, tapi dalam prakteknya mereka banyak melihat contoh kasus ketidakjujuran dalam masyarakat. Koruptor dimana-mana, itu adalah salah satu contoh kasus ketidakjujuran yang banyak terjadi dan diekspos besar-besaran di media cetak maupun elektronik. Murid diajarkan untuk disiplin, tapi dijalan sering lihat orang melanggar lampu merah, menyerobot antrian. Intinya, para murid butuh contoh/teladan dari lingkungan sekitarnya.

Kebayang deh, jika nanti terjun ke lapangan, ketemu dengan para kepala sekolah. Saat menyampaikan materi ini, pasti akan banyak mendapatkan pertanyaan bagaimana mengintegrasikannya dalam pelajaran. Bahkan bisa jadi mendapat sambutan yang apatis, jika melihat kondisi para pemimpin bangsa.

Hari kedua, materi tentang penilaian kinerja guru (PKG) dan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). Disini, kami diajari untuk melakukan penilaian terhadap kinerja guru yang meliputi aspek pedagogi, kepribadian, sosial dan profesional. Hasil penilaian ini akan digunakan untuk menentukan angka kredit guru yang digunakan sebagai instrumen untuk menentukan kenaikan pangkat guru. Naik pangkat tentunya berimplikasi pada kenaikan pendapatan.

Dari hasil penilaian kinerja ini, kepala sekolah harus membuat perencanaa program untuk setiap guru. Jadi tugas kepala sekolah banyak sekali ya :)

Malamnya ada materi tentang program induksi guru pemula (PIGP). Program ini diperuntukkan bagi guru baru yang baru saja diangkat (CPNS) disuatu sekolah. Seorang guru baru, datang ke sekolah, menghadap kepala sekolah. Kepala sekolah harus membuat program agar guru baru tersebut segera beradaptasi dengan lingkungan sekolah, model pembelajaran, model kerja, interaksi sosial, pengenalan lingkungan sekolah dan luar sekolah. Program induksi ini dilakukan selama satu tahun. Jadi selama satu tahun itu, guru baru ini memiliki seorang pembimbing yang akan memantau perkembangan kemampuan guru di sekolah.

Hari ketiga, sesi pagi ada materi tentang manajemen berbasis sekolah (MBS). Materi ini membahas tentang pengelolaan sekolah, mulai dari segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran hingga soal pendanaan. MBS yang efektif harus melibatkan guru, orang tua siswa dan komite sekolah. Selain itu, kepala sekolah juga harus membangun kemitraan dengan pihak swasta yang diharapkan juga dapat membantu pendanaan di sekolah. Semua pihak harus mendapatkan laporan tentang pengelolaan sekolah secara transparan dan akuntabel.

Nah, pengelolaan keuangan oleh sekolah (dalam hal ini dikomandoi oleh kepala sekolah) inilah yang menimbulkan celah terjadinya penyelewengan dana oleh kepala sekolah. Kepala sekolah yang pegang uang, mengatur penggunaannya dan tidak membuat laporan secara benar.

Sesi siang materi tentang kepemimpinan pembelajaran. Dalam sesi ini dijelaskan model-model kepemimpinan pembelajaran. Tak ada satu model pun yang dapat diterapkan sama di negara kita, karena tiap sekolah kondisinya berbeda-beda. Sekolah tingkat SD tentunya beda dengan tingkat SMP atau SMA. Sesama tingkat SMA pun, kondisinya bisa berbeda. Sekolah di jakarta kondisinya berbeda dengan sekolah di papua.

Hari ketiga tak ada sesi malam. Bisa istirahat deh. Nonton TV semalaman hihihi. Soalnya di kamar sinyal wireless kecil banget, koneksi putus nyambung. Dari pada coba koneksi dan bikin emosi, lebih baik menikmati tayangan HBO hehehehe

***

Dari mengikuti kegiatan ini, saya jadi lebih tahu apa saja kegiatan guru dan terutama kepala sekolah. Kalau kondisi dilapangan sesuai dengan teori yang diajarkan, maka pekerjaan kepala sekolah itu sangat banyak. Jadi heran kalau ada kasus, kepala sekolah jarang ada/hadir di sekolah.

Ada banyak kasus yang selayaknya jadi bahan pemikiran juga, berkaitan dengan otonomi daerah. Ganti kepala daerah, maka ganti kepala dinas pendidikan. Kepala dinas ganti, maka kepala sekolah juga bisa berganti. Jika kepala sekolah baru ini memang kompeten sih nggak masalah. Lha kalau tidak kompeten dan diangkat hanya karena dia dulu tim sukses kepala daerah, gimana lah nasib sekolah itu. Gimana pendidikan negara kita bisa maju?

Tentunya banyak kasus lain lagi. Mudah-mudahan saya bisa lolos ujian akhir nanti, dan berkesempatan untuk bertemu langsung dengan kepala sekolah dari berbagai daerah. Sehingga lebih tahu kondisi riil di lapangan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun