Tulisan itu, akhirnya memicu saya untuk kembali melihat tulisan-tulisan yang pernah saya buat. Jangan-jangan, saya pun pernah melakukan hal seperti itu. Mengungkap aib orang lain/diri sendiri dalam tulisan.
Dan, hasil temuan saya adalah, ternyata saya memiliki style menulis yang sama. Pengantar adalah kisah nyata yang saya/teman saya alami. Setelah itu baru saya berikan opini pribadi dan kadang-kadang kesimpulan. Oh, ternyata sama! Jangan-jangan selama ini ada yang merasa tak nyaman juga membaca tulisan-tulisan saya.
Emosi sesaat setelah mengalami sesuatu, atau setelah mendengar kabar tertentu, memunculkan hasrat untuk menuliskannya. Memunculkan hasrat untuk membagikannya pada sebanyak mungkin orang. Ingin mendapat tanggapan. Ingin memperoleh dukungan terhadap opini yang dibuat.
Kadang-kadang niat saya menulis sekedar mencurahkan isi hati saya. Tulisan yang lahir dari niat ini biasanya runtut, tapi sepertinya tak membawa manfaat bagi orang lain. Saya sekedar ingin 'pamer' kejadian yang saya alami. Saya sekedar berbagi, agar hati saya plong. Biasanya tulisan jenis ini muncul saat saya tertimpa musibah, atau ada kejadian yang tak mengenakkan diri saya. Syukur-syukur ada yang komentarnya menguatkan hati saya untuk sabar menjalani musibah/ujian yang saya alami. Awal-awal memiliki blog, hampir semua tulisan saya masuk ke dalam kategori ini.
Kadang niat saya ingin mewartakan sesuatu agar orang lain memperoleh informasi baru. Tulisan jenis ini biasanya juga berasal dari pengalaman pribadi. Kadang juga saya ambil dari cerita teman. Kadang saya ambil dari buku/artikel yang telah saya baca. Saya ingin orang lain mengambil pengetahuan/manfaat dari tulisan saya.
Kadang saya ingin 'menasihati' dengan cara menuliskan pengalaman saya/orang-orang disekitar saya agar orang lain memetik pelajaran. Tulisan jenis ini biasanya diawali kasus tertentu. Lalu disambung opini saya, yang ternyata sering terkesan menggurui.
Sekian refeksi diri di jumat pagi