Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Pacaran Jarak Jauh, Udah Nikah Kok Masih Jarak Jauh Juga

22 Juni 2011   07:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:17 700 0
Setiap orang pastinya ingin sesering mungkin berdekatan dengan orang-orang yang dikasihinya. Walau kadang jika berdekatan terjadi konflik, terjadi perbedaan pendapat bahkan sampai berantem. Tapi jika berjauhan sebentar saja, rasa rindu sudah melanda. Bahkan orang Jawa memiliki pepatah mangan ora mangan sing penting kumpul (makan nggak makan yang penting kumpul).

Dari jaman pacaran, hingga kini menikah dan punya dua anak, aku masih menjalani hubungan jarak jauh. Apa nggak pengen kumpul? Pertanyaan klise yang aku yakin tiap orang punya jawaban yang sama. Siapa sih yang nggak pengen tinggal serumah dengan anak dan suami? Tentu saja aku ingin, apalagi anak-anakku masih batita yang sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Dua tahun pacaran jarak jauh. Dua tahun menjalani rumah tangga jarak jauh, akhirnya kini kami dapat hidup bersama dalam satu rumah. Suamiku memilih untuk menyerahkan pengelolaan usahanya pada seorang temannya dan memonitor dari jauh. Memilih untuk tinggal di rumah menikmati kebersamaan dengan anak-anak. Memantau perkembangan mereka. Sementara aku masih tetap punya tanggung jawab masuk kantor. Status PNS ku membuatku tidak bisa seenaknya meninggalkan pekerjaan. Tidak seperti dia yang berwirausaha sendiri.

Bagaimana membuat hubungan jarak jauh kami bisa awet? Berikut ini beberapa hal yang selalu kami jaga.


  1. Komunikasi. Walau sama-sama sibuk, tiap hari kami selalu usahakan untuk berkomunikasi. Telpon di pagi dan malam hari. Kadang juga ngobrol di chatting. Jika pulsa lagi mepet, sms pun tak masalah. Jika tak punya bahan obrolan, atau lagi marahan, hubungan telpon tetap tersambung, walau hanya dalam diam. Jika sudah baikan, kadang menyesal juga buang-buang pulsa tanpa ada omongan.
  2. Saling percaya. Saya percaya dia tidak macam-macam disana. Dia juga percaya saya disini setia dengannya. Rasa cemburu pastinya ada, tapi kami sama-sama terbuka. Saling bercerita jika memang ada tanda-tanda ada lawan jenis mendekati.
  3. Menulis. Kami membuat sebuah blog yang kami isi bersama. Marah, sedih, cemburu, senang kami tuliskan semua disitu. Bisa jadi kenang-kenangan dimasa tua kami.
  4. Berkirim hadiah. Senang jika tiba-tiba pulang kerja nemu kartu pos di rumah, kiriman dari suami. Apalagi jika ditambah sekotak dodol duren, wah senangnya berlipat-lipat.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun