Sulungku suka sekali membuang abu dan puntung rokok yang ada di asbak ke tempat sampah. Seringkali lagi asyik-asyiknya suamiku merokok, si sulung nyelonong mendekatinya, langsung mengambil asbak dan membuang abunya ke tempat sampah. Untung bukan asbaknya yang dibuang. Kadang juga dia berhasil mengambil sebungkus rokok yang diletakkan di meja rendah yang dapat dijangkaunya. Maka pasti habislah rokok itu buat mainan. Dipatah-patahkan, bahkan ada pula yang digigit. Aku sudah sering kali mengingatkan untuk naruh asbak dan rokok diatas lemari, jauh dari jangkauan anak-anak. Tapi namanya penyakit lupa, kambuh terus.
Namun rupanya kerajinan si sulung membersihkan asbak dan merusakkan rokok suamiku ada ada manfaatnya. Suamiku mulai khawatir bila nantinya si sulung bakal ikut-ikutan merokok. Maka dia pun bertekad untuk berhenti merokok. Mulailah 31 Mei, pas di hari tanpa tembakau sedunia, suamiku tak merokok (pas juga rokoknya sudah habis hehe...).
Kini seminggu sudah suamiku tahan tidak merokok. Nyatanya tetap bisa kerja walau tak ada rokok terselip diantara bibirnya. Nyatanya tetap lancar bab walau tak menghisap rokok. Godaan pastinya ada dong. Seperti kemarin dia bilang "Enak banget kayaknya liatin pak Bagong ngerokok" sewaktu pergi bersama pak Bagong. Tapi alhamdulillah, suamiku bisa tahan godaan untuk tak ikutan merokok.
Sudah seminggu rumahku tak ada asap rokok. Mudah-mudahan bisa bertahan untuk seterusnya.