"Diratakan dengan tanah?"
"Iya bu, semua bangunan di sekolah ini mau dibongkar. Diganti jadi bertingkat tiga"
"Tapi kan masih bagus kondisinya. Apa nggak sayang"
"Sayang juga sih, bu. Apalagi ada beberapa areal yang baru 3 tahun lalu dibangun. Sekarang harus ikut diruntuhkan juga"
"Kenapa demikian?"
"Sekolah ini akan jadi sekolah model, RSBI. Alhamdulillah dapat dana bantuan sekian ratus juta untuk pembangunan fisik saja. Jadi ya semuanya akan dibongkar nanti. Pondasi baru lagi karena kan tiga tingkat"
"Terus anak-anak gimana belajarnya selama gedungnya di bongkar?"
"Itulah bu yang jadi masalah sekarang. Belum nemu solusi juga"
***
Itu adalah percakapan awal bulan kemarin saat saya berkunjung ke Palembang. Rasanya sayang, gedung sekolah yang bagus ini harus dihancurkan. Padahal di saat yang sama, masih banyak sekolah yang bangunannya sudah rusak, atap bocor, bahkan ambruk tapi kok tidak segera diperbaiki juga. Memperbagus yang sudah bagus, sementara yang rusak dibiarkan saja.
Apakah memang kalau jadi sekolah model, RSBI, gedungnya harus bertingkat?
Panduan dari pemerintah untuk sarana dan prasarana RSBI seperti ini :
Sarana dan Prasarana yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa berdasarkan cara kerja otak dan standar internasional, terdiri dari ruangan beserta kelengkapannya, yaitu:
1) Ruang Belajar yang kondusif meliputi luas , pencahayaan, temperatur, tingkat kebisingan.
2) Tempat bermain
3) Laboratorium
4) Perpustakaan
5) Fasilitas olah raga
6) Fasilitas kesenian
7) Ruang Guru
8) Ruang konseling
9) Ruang pertemuan siswa
10) Ruang serbaguna
11) Kantin
12) Klinik
13) Ruang ibadah
14) Ruang kepala sekolah dan administrasi
15) Fasilitas internet di setiap ruang kelas dan WiFi di seluruh sekolah untuk memudahkan akses internet. Setiap siswa tingkatan SMA /SMK menggunakan laptop secara individu dalam mengerjakan tugas sekolah.
16) Ruang terapi untuk special needs
17) Toilet
18) Ruang khusus lainnya sesuai dengan kebutuhan
***
RSBI, pantaslah banyak mempermasalahkan.
