Tidak sedikit teman yang pernah menulis Izasah menuturkan cerita pengalaman mereka menulis Izasah. Yang namanya manusia pasti tidak semua memiliki ketelitian dalam melakukan tindakan. Mungkin karena asiknya menulis, huruf dalam biodata tertulis lain dalam izasahnya. Tulisan tanggal lahir mungkin bulannya yang salah dan tahun nya yang keliru. Sangat beresiko dan membuat pelakunya betul-betul berlatih teliti dan konsentrasi.
Suatu ketika saya melihat teman ada yang ditunjuk-tunjuk dan dimarahi oleh orang tua siswa karena Izasah yang ditulis salah tempat tanggal lahirnya, ada juga yang terdapat timpaaan tinta sehingga kemarahan orang tua kepada penulis Izasah ini sangat membuat dirinya trauma untuk menulis Izasah lagi. Yang menyedihkan buat teman saya, pihak sekolah yang menugaskan beliau seperti tak bertanggung jawab langsung melemparkan kesalahan pada penulisnya. Maksudnya pihak sekolah dalam hal ini Kepsek dan Wakasek harusnya tidak menyuruh orang tua menghadap penulis izasah langsung , tetapi mereka bertanggung jawab atas kesalahan penulisan tersebut. Penulis iZasah hanya ditugaskan saja, Kepsek atau Wakasek boleh memarahi guru penulis Izasah tersebut tapi orang tua tidak boleh dipersilakan langsung memarahi penulis Izasah tersebut. Inilah prosedur manajemen yang salah.
Orang tua yang berpendidikan seharusnya juga tidak menjadikan masalah kesalahan penulisan ini sesuatu yang tidak ada pemecahannya. Setiap persoalan pasti ada pemecahannya semua. Jangan membuat masalah ditengah masalah yang ada. Selesaikan masalah dengan cara baik, cara bijaksana tanpa emosi dan tanpa caci maki. Inilah karakter orang Indonesia sekarang melupakan adat ketimuran, main bentak terhadap kesalahan orang lain, tak pernah menjadikan dirinya sebagai diri orang yang bersalah. Mungkin saja orang yang bersalah akan menjadikan ini pelajaran tapi kebanyakan diantara orang yang berbuat salah dia mendapatkan hinaan cacian sehingga akan menambah kesalahan baru buat dirinya dan yang menghinapun tambah salah, menambah kuantitas kejahatan dimuka bumi ini.
Kalau saja seseorang memecahkan masalah dengan baik, santun, akan ada hikmahnya bagi semua. silaturahim, latihan sopan santun, kekeluargaan, kekerabatan yang jelas ALlah sangat suka kedamaian dalam memecahkan persoalan.
Trauma penulis Izasah ini ditindaklanjuti oleh pengunduran dirinya yang biasa menulis izasah karena Beliau takut terjadi peristiwa yang tidak diinginkan seperti sebelumnya, dimarahi, diomeli, disuruh ganti rugi dsb. Sikap tegas seorang Kepala Sekolah dan Wakasek sangat diperlukan untuk melindungi privasi penulis izasah.
Semoga peristiwa dalam kisah ini tidak terjadi pada penulis-penulis Izasah lainnya atau orang tua-orang tua lainnya. Pecahkan masalah dengan tidak menambah masalah dan jangn pernah buat orang lain trauma. Semoga bermanfaat dan selamat mengambil hikmah.
-----------