Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Jangan Mau Mati Kalau Hanya Ninggalin Batu Nisan

9 Desember 2013   10:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09 31 0

Suatu hari disiang yang mendung seperti biasa, saya masih harus menyelesaikan satu perkuliahan lagi. Hari itu ada jadwal kuliah ICT (Information and Communication Tegnology)-terdengar seperti mata pelajaran jaman SMP dulu ya ?hehehe…. tapi kali ini saya tidak lagi harus menghafal apa itu soft wear, hard wear, atau brand wear kami juga tidak lagi menggunakan ruangan yang penuh sesak dengan segala macam perangkat koputer.Kali ini kuliah terasa sangat santai, dosensaya yang seorang Doctorhanya menjelaskan bagaimana keinginannya menghabiskan satu semester bersama kami. Menyenangkan sekaligus menyebalkan. Karena kesibukannya, beliautidak ingin selalu bertemu kami dalam kelas formal. Tapi sebagai gantinya, kapan pun beliau mau kami harus saling terkoneksi melalui social network plus setiap minggu harus memposting berbagai jenis tulisan di blog pribadi dan lagi-lagi kami tak berhak memilih jenis serta tema tulisannya. Meskipun begitu, ada yang sangat menarik dari perkuliahan hari itu, saat ekspresi wajah kami satu per satu mulai berubah karena tugas mingguan tadi, beliau dengan sangat santai berkata, “Jangan mau mati kalau hanya ninggalin batu nisan”. Aneh tapi mengagumkan. Beliau melarang kami mati sebelum berkarya-salah satunya melalui tulisan, sebelum memberikan hak orang lain yang masih tertahan dalam pikiran kami. Kata-kata ini mengingatkan saya pada sebuah buku, Demi Waktu dari Antoni Ludfi Arifin. Pada halaman 27 bang Ludfi menulis, “Dipikiran kita, ada hak orang lain untuk tahu. maka beri tahulah hal terbaik yang Anda miliki dalam sebuah tulisan. Pesan terbaik, walu nanti hanya, katakanlah, 2,5% pesan itu bermanfaat bagi orang lain, setidaknya kita sudah memberikan yang terbaik dalam hidup ini”.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun