Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Air Warna di Dataran Tinggi

2 Januari 2014   00:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:15 36 1

Tak terasa libur panjang telah tiba. Sejenak menghindar dari hiruk pikuk perkotaan yang begitu penat. Dimulai dari perbincangan dengan temanku SMA. Ternyata dia mengajak untuk berlibur di kampung halamanya. Tanpa berpikir lama, kami langsung mengiyakan ajakan temanku. Ke esokan harinya kami memulai perjalanan, kami berangkat menggunakan 4 motor, kami semua berjumlah 8 orang tepatnya. tanpa target kapan kami mesti tiba dan pulang. Karena kami semua sudah siap menginap di rumah temanku itu.

Setelah melewati Borobudur, kami tiba di daerah Salaman. Daerah sejuk melewati jalan-jalan yang penuh pohon. Tak terasa sudah sampai di daerah Wonosobo. Sesampainya di daerah Wonosobo, jalanan pun mulai beranjak naik dan berkelok. Setelah melewati Kota dan Alun-alun Wonosobo. Kami terus beranjak naik menuju Kawasan Dieng, yang masuk ke dalam dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dieng terletak 26 km ke arah utara dari pusat Kota Wonosobo.

Letaknya yang berada dekat antara Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing membuat kawasan ini terasa sejuk, atau bahkan dingin di malam hari. Maklum saja, kata temanku, suhu rata-rata daerah ini di siag hari sekitar 15 derajat Celcius, sedangkan pada malam hari bisa mencapai 10 derajat Celcius. Lumayan sih, lumayan menggigil kalo mandi di pagi hari.

Dan ternyata,Dieng merupakan dataran paling tinggi di Jawa yang terletak pada ketinggian 2093 meter di atas permukaan laut. Pantas saja udaranya begitu sejuk, dan cocok sekali untuk perkebunan atau pertanian. Maka tak heran kalau penduduk sekitar rata-rata bercocok tanam atau bekerja di perkebunan. Dan jangan tanya pemandanganya, karena begitu indah. Asal sedang tidak berkabut.

Untuk menuju puncak Dieng diperlukan perjuangan tersendiri karena jalan yang berkelok-kelok naik dan di samping sudah tebing-tebing tinggi nan curam. Ditambah dengan pekatnya kabut di waktu-waktu tertentu. Tapi menurutku, justru itu yang menantang. Jadi jika ingin melihat kabut yang tebal, Saya sarankan, berangkat pada malam hari. Setelah melewati sebuah gapura besar bertuliskan Dieng Pletau Area, tibalah kami di ruma temanku. Tapi sayang sekali, kami tiba disana di malam hari, jadi tidak bisa langsung berkunjung ke obyek wisata yang berada di Kawasan Dieng.

Setelah kami mengingap semalam, pukul 9 pagi waktu setempat. Kami berkunjung ke sebuah telaga yang warna airnya dapat berubah-ubah. Menurut keterangan yang saya peroleh dari temanku dan petugas yang berjaga disana, warna air telaga ini bisa ber menjadi hijau, merah, dan biru. Dan menurut mitos yang beredar di masyarakat setempat, konon dahulu ada sebuah cincin milik bangsawan setempat yang terjatuh ke dasar telaga. Dan cincin itulah yang menyebabkan warna air telaga berubah-ubah warna.

Namun, secara ilmiah dapat dijelaskan warna air telaga tersebut berubah karena berbagai hal. Seperti ada kandungan belerang di dalam telaga yang menyebabkan munculnya warna kehijauan. Serta tumbuhan ganggang merah yang terdapat di dasar telaga yang memantulkan cahaya kemerahan. Lalu, warna kebiruan muncul karena pantulan sinar matahari yang membiaskan warna-warna indah pada air telaga. Tergantung dengan keadaan cuaca, waktu, dan tempat kita melihatnya juga.

Unik memang, telaga bisa berubah warna. Jika penasaran dengan telaga itu, bisa dibuktikan sendiri dengan datang Telaga Warna yang terletak di desa Wisata Dieng. Jika ingin menginap, disana juga sudah ada banyak penginapan yang tersedia. Lumayan, untuk mengisi liburan dan melepas penat. Bisa duduk santai memandangi telaga dan berfoto-foto bersama keluarga, atau teman.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun