Dari berbagai peristiwa kenakalan siswa seperti twauran yang sering terjadi akhir-akhir ini, jika kita usut lebih jauh maka kita bisa mengambil benang merahnya. Ternyata rata-rata siswa yang terlibat dalam kenakalan anak seperti tawuran berasal dari keluarga yang tidak utuh (berantakan) (broken home). Jarang sekali diberitakan anak-anak bermasalah berangkat dari keluarga yang baik-baik (sakinah). Dari asumsi tersebut bisa disimpulkan jika keluarga yang tidak utuh memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap tumbuh kembangnya anak. Broken home telah berkontribusi melahirkan mereka-mereka yang memiliki perilaku menyimpang yang pada akhirnya mengusik ketentraman dan kedamaian masyarakat.
Dari berbagai berita di media masa sering kita jumpai jika anak-anak yang terlibat dengan kenalakan disebabkan oleh miskinnya kasih sayang yang diperoleh dari orang tuannya. Bisa dibayangkan, jika kedua orang tua selalu berantem setiap hari makan anak akan mengalami stress yang luar biasa. Ujung-ujungnya sebagian anak akan mencari jalan tersendiri untuk melampiaskan kekecewaanya terhadap kedua orang tuanya sehingga tidak sedikit yang memasuki jalan sesat.
Uang banyak dan fasilitas mewah yang diberikan oleh keluarga yang berantakan belum tentu mampu mengobati kerinduan anak terhadap kasih sayang orang tuanya. Belaian tangan kedua orang tua berfungsi sebagai obat yang menentramkan jiwa anak sebagai jaminan jika orang tua mereka akan selalu ada bersama anak. Dengan demikian anak akan terasa terayomi dengan keberadaan kedua orang tuanya.
Menurut saya, perlu adanya gerakan masa yang dimulai dari rumah tangga untuk membentuk moral anak yang baik. Perlu adanya pemahaman terhadap orang tua jika anak bagaikan pisau bermata dua yang kelak jika anak tumbuh menjadi manusia yang soleh / solehah maka dia akan menjadi kebanggaan orang tua. Namun, jika kelak anak tumbuh menjadi manusia yang tidak soleh / solehah niscaya mereka akan menjadi bumerang bagi orang tuanya sendiri. Apalah artinya orang tua bekerja keras menumpuk harta sampai bergunung-gunung namun kelak akan dihancurkan sendiri oleh generasi penerusnya. Marilah kita sebagai para orang tua memiliki perasaan malu jangan sampai anak-anak kita menjadi musuh masyarakat.
*Tulisan di atas sudah pernah saya publikasikan di blog saya sendiri http://subekti.com