Tak terasa sudah 4 tahun saya tidak menjalani ibadah Ramadhan di tanah air. Alhamdulillah tahun ini keinginan untuk bisa mengawali Ramadhan bersama orang tua di Padang tercapai juga. Disamping kerinduan ber-Ramadhan dengan keluarga, tentu saja ada kerinduan lain, yaitu menikmati suasana kental bulan Ramadhan yang sejak 4 tahun terakhir tidak begitu terasa. Maklum tinggal di negeri seberang dimana kaum muslim adalah minoritas, menjadikan semarak bulan suci umat Islam ini tidak terasa gaungnya. Bahkan dalam perayaan Idul Fitri-pun tidak begitu terasa semaraknya karena harus kembali lagi ke kampus. Tapi, walau dengan kondisi tersebut, keceriaan Ramadhan justru semakin kental, seiring dengan semakin meningkatnya rasa syukur dan persaudaraan yang terjalin diantara para perantau di sana.
Ada tiga hal yang sangat saya rindukan dari Ranah Minang, yaitu acara balimau, malamang dan manjalang mintuo.
Seperti masyarakat Yogyakarta dengan acara Padusannya atau Mandoe Siola di Polewali Mandar, masyarakat Sumatera Barat menyambut Ramadhan dengan tradisi ‘Balimau’nya. Jujur saja, setelah beberapa tahun tidak mengikuti, saya cukup kaget dengan antusiasme pelaksanaan acara balimau ini. Memang di keluarga kami, tradisi balimau dilakukan hanya dirumah saja.