Sederhana saja.
Melihat batang putih dengan ujung menyala seperti halnya melihat garis kala.
Inci demi inci perlahan terbakar, seperti detik, menit, jam, yang terakumulasi menjadi waktu.
Asap menguap lalu memudar semudah canda tawa berubah menjadi air mata dan sebaliknya.
Hangat yang mejalar dari ujung jari hingga urat nadi layaknya rasa yang meletup ketika jatuh hati.
Bahkan rasa sesak di kiri dada karena jengah dan muak menyerupai nelangsa putus asa.
Tetap saja, adiksi bagaikan rindu yang akan terus digali seperti cerita kawan yang lama yang tlah kembali.
Garis yang terus menyusut.
Ya. Mimpi, dan imajinasi menari di sisa kala yang menunggu.
Ketika merah yang menyala pun padam,
Sederhana saja,
Kala diam pun terasa bercerita sejuta kata.