Biasanya kan pocong itu keluar malam jum'at kliwon. Nah, pocong zaman sekarang malam mingguan juga, lho... Oya? Baca aja kalau nggak percaya...
Bagaimana aku bisa tenang? Dari tadi perutku keroncongan. Kini alunannya tak lagi keroncong, berubah aliran. Mulai dari dangdut, hiphop, rock, metal, sampai emo. Haduh, selingkuhan baruku lama sekali menjemputku. Katanya mau mentraktirku makan dan nonton di malam minggu ini.
Setia sekali aku menunggu. Di bawah pohon beringin depan lapangan bola. Di sini tempat biasa kami janjian. Walau kami bertetangga, aku dan dia backstreet takut ketahuan ortu. Dia kan sudah punya tunangan yang tinggal sementara di luar negeri (TKW ilegal). Aku juga demikian. Bedanya pacarku ada di luar kota (tukang bangunan). So, daripada sepi ditinggal kekasih, kenapa tidak?!
Ups, apa nih kresek-kresek. Jadi takut. Tenang, sekarang kan sabtu malam alias malam minggu. Jadi semua hantu pada weekend. Bukan makhluk kasar saja lho yang weekend, makhluk halus pun butuh hiburan.
“Baaa...,” Pino mengagetkanku dari belakang.
“Kamu ini. Jantungku hampir copot, tahu!” ketusku.
“Kita pacaran di sini aja, ya...” pinta Pino.
“Banyak nyamuk, tahu!” tolakku.
Pino yang bernama lengkap Pinokio itu meneliti isi dompetnya. Dompetnya lumayan tebal, isinya uang, kartu kredit, atau tagihan utang ya? Aku menunggu keputusan darinya. Tapi tetap kekeh menagih janjinya untuk mentraktirku.
“Uangku cuma segini...” Pino memamerkan isi dompetnya. Halah, ternyata isinya tagihan utang dan uang recehan. Pantas saja tebal. Maklum, Pino kondektur mayasari bakti yang rajin menabung dan tidak sombong.
“Ya udah, yang murah aja. Es pocong di pinggir jalan juga enak,” ujarku semoga bisa menjadi solusi terbaik.
“Ok. deh, kalau begitu. Cabut...” senyum Pino mengembang penuh kemenangan. Dasar nggak modal, mentraktir es pocong habis berapa sih?
Baru saja aku berdiri dan belum beranjak pergi, seperti ada yang menyentuh pundakku. Awas Pinokio kalau berani macam-macam. Bukan saja hidungnya yang akan mancung ke dalam, tapi wajahnya juga akan bonyok sekalian. Aku segera menoleh.
“Hah, itu kan pocong malam minggu! Kabur...” kutarik tangan Pino dan berlari sekencangnya.
Pino benar-benar menepati janjinya buat mentraktir makan dan nonton. Makan es pocong dan nonton pocong sampai kami lari terbirit-birit. Alamak, nggak lagi-lagi deh selingkuh sama orang macam Pino.
***
Kunjungi blogku di www.naminist.co.cc