Aroma hio dan dupa selalu tercium saat saya memasuki klenteng-klenteng di Kampung Pecinan Semarang. Setiap kali memasuki klenteng, saya selalu menemui lilin-lilin yang menyala, lampion, altar atau meja persembahan dan huruf-huruf Mandarin yang tertulis di beberapa sudutnya. Selain itu juga tedengar lagu-lagu Mandarin yang diputar hanya sayup-sayup saja. Suasana hening, karena biasanya ada satu dua orang atau bahkan lebih, yang tengah khusuk beribadah.