Hegemoni Benua Eropa dalam sepak bola secara de facto tidak dapat dihindari. Dalam konteks pertandingan persahabatan ini, Belanda menunjukkan hegemoninya lebih awal. Masalah kostum sempat menjadi polemik. Kostum memang bukan main-main dalam dunia sepak bola. Kostum adalah identitas dan kebanggan suatu tim. Sebuah tim dikatakan tim merah, biru, putih, merah-putih, atau oranye karena kostum yang dipakainya. Di situlah terjadi masalah, kedua tim memiliki memiliki warna yang relatif sama sehingga salah satu tim harus memakai kostum tandang. Alih-alih Indonesia yang memakai kostum kandang, Belandalah sang pemenang untuk memakai kostum oranye kebanggaannya. Kostum merah putih harus berganti dengan putih hijau. Permintaan maaf memang terlontar, bahkan langsug dari Presiden KNVB. Namun, tetap saja, tim tuan rumah tidak dapat memakai kostum kebanggaannya.
Fenomena lain yang saya sempat heran menyaksikannya adalah sejenis time out untuk memberikan waktu kepada pemain kedua tim untuk minum. Memang, time out ini menguntungkan kedua tim. Namun, time out tidak dikenal dalam dunia sepak bola. Kalau alasan cuaca, saya jadi ingat ajang Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat (AS). Kala itu, sepanjang penyelenggaraan, cuaca panas terik. Namun, tidak ada satu pertandingan pun yang diberikan jeda sejenis time out . Kalaupun ada jeda untuk minum, biasanya memanfaatkan momen ada pemain yang cedera dan butuh perawatan atau karena ada kejadian yang menggangu ke lapangan sehingga pertandingan harus dihentikan beberapa menit.
Logis saja pemain Belanda mengalami kelelahan karena baru sampai di Indonesia beberapa hari sehingga kekurangan waktu untuk adaptasi cuaca, berbeda dengan momen Piala Dunia ketika sebuah tim sudah tiba jauh-jauh hari sebelum pertandingan. Jika memang kelelahan bisa jadi dasar wasit untuk menghentikan sementara pertandingan, saya jadi ingin melihat adakah pertandingan resmi FIFA di negara lain yang juga memberlakukan time out seperti halnya pertandingan Indonesia vs Belanda kemarin. Jika ternyata belum ada, berarti pertandingan ini jadi pelopornya. Namun, mungkinkah terjadi jika tim Asia atau Afrika yang bertanding ke Eropa lalu meminta hal-hal khusus dan dikabulkan? Saya jadi berpikir jika tidak diberikan time out bisa jadi pemain Belanda mengalami kelelahan luar biasa dan permainan jadi seimbang yang bisa saja ada gol untuk Indonesia atau bahkan bisa memaksakan hasil imbang. Ah, hegemoni Belanda kembali berbicara di soal time out ini.
Hegemoni berikutnya tentu saja skor 3-0 untuk kemenangan Belanda. Sebenarnya, pemain Indonesai tidak perlu bersedih. Tahun 2011, Uruguay membawa skuat PD 2010 dan membobol gawang timnas 7 kali. Malam itu, memang "cuma" 3-0. Ironis memang, tetapi tetaplah itu dipandang sebagai sebuah progress yang tentu saja harus lebih baik di pertandingan lain. Skor ini seakan menjadi pamungkas hegemoni Belanda sejak awal kedatangannya. Dalam sebuah artikel media, van Persie merasa sedikit janggal ketika beberapa pemain disambut dan dipuja bagaikan dewa. Omongan van Persie bisa jadi ada benarnya, apalagi sebagian orang menganalogikan kedatangan Belanda layaknya tentara Belanda yang datan untuk menjajah beberapa abad lalu. Belanda telah menancapkah hegemoninya di negeri ini dan beberapa hari ini di bidang sepak bola Belanda melanjutkan hegemoninya. Semoga hegemoni itu dapat tertular ke dalam sanubari pengurus PSSI dan segenap pemain timnas untuk menancapkan hegemoni Indonesia di Asia Tenggara.