Jakarta (22\07\24) - Dewasa ini, buku tak hanya terbatas pada bentuk fisik, tetapi juga hadir dalam bentuk digital. Perkembangan teknologi telah mendorong perubahan besar, termasuk pergeseran kebiasaan konsumen yang kini cenderung membeli buku melalui toko online. Bahkan tren ini semakin menguat pasca pandemi Covid-19 dimana mayoritas orang cenderung mengandalkan teknologi dan internet. Ketergantungan ini terus berlanjut hingga saat ini.
Dading Maulana (56) salah satu pemilik toko buku fisik yang masih bertahan hingga kini. Toko Buku Makmur didirikan pada tahun 2000-an ini terletak di Jalan Dewi Sartika Nomor 42 Cipayung, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten. Toko buku ini biasa dibuka mulai pukul 08.00 WIB hingga tutup pada pukul 20.00 WIB.
Dengan harga yang terjangkau, toko buku ini menawarkan berbagai jenis buku, mulai dari buku pelajaran, komik, majalah, hingga novel. Adapun harga yang ditaksir pada setiap buku bervariasi mulai dari yang paling murah dalam kisaran Rp 4.000 hingga Rp. 250.000.
Tak hanya menawarkan buku, toko buku ini juga membuka jasa jual buku bekas. Pemilik “Toko Buku Makmur” sendiri menerima segala jenis buku yang ingin dijual dengan syarat buku dalam kondisi masih layak untuk dibaca. Setiap buku yang pengunjung jual ditaksir dengan harga yang bervariasi, tergantung dengan jenis dan kualitas kelayakan buku itu sendiri. Selain itu, tersedia juga koleksi kaset jadul dari kalangan penyanyi dan musisi terkenal di zaman dulu, seperti group boyband asal Amerika Serikat Backstreet Boys, James Taylor, Celine Dion, Christiana Aguilera, dan lainnya.
Dading Maulana, pemilik toko buku mengaku mengalami penurunan jumlah pengunjung dan pembeli "Masyarakat sekarang lebih suka main ponsel daripada baca buku. Ya, lima tahun terakhir ini sudah jarang orang mencari buku, apalagi saat pandemi kemarin orang takut ke mana-mana." Ujar Dading. Dari jarak jauh, tempat ini memang tidak terlihat seperti toko buku biasanya karena tidak dilengkapi dengan plang penanda yang mencolok. Namun begitu mendekat, barulah terlihat deretan rak yang dipenuhi berbagai jenis buku.Untuk pelanggan sebagian umum datang dari berbagai rentang usia, baik usia yang muda, menengah, hingga tua.
Sejak lima tahun lalu, semuanya menjadi sulit. Pedagang dan pelanggan yang tinggal sedikit juga merasakan penurunan semangat jual beli buku. ”Lapaknya kadang-kadang tutup, jadi saya tidak bisa mendapatkan buku “. Ucap Davin (20) pembeli buku fisik. Ia juga mengeluh, "Bahkan langganan saya sudah lama tidak berjualan, padahal dia dulu sering sediakan buku-buku yang bagus." Ucap Davin.
Walaupun saat ini kondisi toko buku terbilang sepi pengunjung, sang pemilik tetap teguh mendirikan toko buku ini. Ia masih membuka pintu bagi siapapun yang membutuhkan bahan bacaan. Dading bertekad untuk bertahan semampunya meskipun pembeli berkurang. Setelah mempertimbangkan, keuntungan dari penjualan buku saat ini sangat kecil. Anak-anak saya telah meminta saya untuk menghentikan penjualan buku. Namun, dia berkata, "Saya tidak bisa. Saya merasa ini tugas saya untuk menjual buku kepada pembaca."
Di masa kini, persaingan digital tidak bisa dihindari. Tanpa pandemi, lanjut Dading, penjualan buku bekas di toko buku fisik telah lama merosot karena mereka harus bersaing dengan penjualan buku secara online. Platform online kadang-kadang menawarkan harga buku yang tidak masuk akal. Namun, sebagian fotokopi dijual. Pedagang buku bekas lainnya pasti akan kehilangan bisnis mereka karena praktik ini.
Namun, orang-orang yang sebelumnya terbiasa mengunjungi toko buku bekas untuk membeli buku bekas kini mulai merasa nyaman membeli buku secara online. “Saya sekarang mencari buku melalui internet karena praktis. Beberapa dari pelapak tersebut berasal dari Malang, Bogor, dan Bandung. Selain itu, buku kadang-kadang ditawarkan melalui pesan teks WhatsApp. Tapi kalau lewat online memang harus cek dulu apakah itu buku asli atau tidak." Ujar Nisa Nur Alimah (20), pembeli buku online, yang diwawancarai Via WhatsApp
Dading mencoba berjualan buku bekas secara online, tetapi ia merasa metode itu terlalu sulit karena ia jarang memegang ponsel saat berada di toko. Akibatnya, ia beralih ke penjualan buku bekas secara fisik di tokonya. Meskipun berlokasi di dalam gang, menghadapi tantangan perubahan zaman serba digital, dan terkendala oleh promosi yang minim, Toko Buku Makmur tetap kokoh mempertahankan eksistensinya.
Kesetiaan para penggemar buku terhadap pengalaman berbelanja langsung dan kecintaan terhadap aroma khas lembaran-lembaran kertas membuktikan bahwa kehadiran fisiknya masih berharga dalam lautan toko-toko digital. Dengan daya tariknya yang tak tergantikan, toko ini terus menjadi destinasi yang dicari oleh para pecinta buku, mengingatkan kita akan keberlanjutan pesona dan keberagaman toko buku fisik/tradisional.
Dengan demikian, Toko Buku Makmur memiliki misi dan harapan besar dalam melestarikan budaya membaca dengan menyediakan akses bacaan yang lebih terjangkau.
Penulis: Najwa Nur Fajriah 11230511000021, Mahasiswi semester 2 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta