Dalam Islam, jual beli barang haram atau barang yang digunakan untuk perbuatan haram dilarang keras. Prinsip dasar syariah melarang segala bentuk transaksi yang mendatangkan kemudharatan, baik kepada individu maupun masyarakat. Barang-barang seperti alkohol, daging babi, serta alat untuk perjudian termasuk dalam kategori haram dan tidak sah untuk diperjual belikan. Selain itu, transaksi yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) atau syarat yang merugikan salah satu pihak juga dianggap tidak sah. Transaksi yang melibatkan penipuan atau menyembunyikan cacat barang tanpa memberitahu pembeli adalah haram dan bertentangan dengan prinsip kejujuran (ṣidq) dan keterbukaan (bayān) dalam muamalah. Islam memberikan hak kepada pembeli melalui konsep khiyar untuk membatalkan transaksi jika terdapat ketidakadilan atau penipuan. Prinsip keadilan dan kejujuran dalam jual beli sangat penting dalam menjaga hubungan ekonomi yang sehat antar individu. Fikih Muamalah mengatur hak-hak ini agar transaksi berlangsung secara sukarela dan tanpa unsur paksaan atau penipuan.