Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Filosofi Sepatu

4 Oktober 2022   23:56 Diperbarui: 25 Oktober 2022   20:41 365 5
Cuaca hari ini sangat cerah, entah karena gumpalan awan berbentuk abstrak namun mampu menghiasi langit dengan sempurna atau karena pada hari Minggu ini adalah jadwal aruni mengunjungi toko buku.

Tokoh utama dalam kisah ini adalah seorang gadis berusia 17 tahun, Aruni namanya. Dari namanya saja sudah dapat disimpulkan Ia adalah anak yang pendiam hal itu tidak salah, tapi saat Aruni sedang berada sendirian dalam zona nyamannya ia menjadi pribadi yang banyak bicara karena ia tahu obrolannya tidak akan terdengar oleh siapapun.

Kehidupannya sebagai seorang introvert sebenarnya sangat menyenangkan bagi Aruni hanya saja saat orang lain terus menyuruhnya untuk berkomunikasi itu selalu terlihat menyebalkan di pikirannya. Di sisi lain ia merasa terjebak kepada keterbatasannya saat berkomunikasi, Ia juga sempat berpikir kenapa dirinya memiliki kepercayaan diri yang rendah, sampai dalam beberapa keadaan membuat Aruni tidak bisa berdamai dengan kelemahannya tersebut.

Toko buku itu berada di pusat kota Jakarta, yang mana membuat Aruni harus menaiki kereta yang pasti dipenuhi oleh mereka yang sedang menikmati akhir pekan, ia memilih berdiri di dekat pintu karena tidak mendapatkan tempat duduk, dengan headset yang terpasang di telinganya Aruni mendengarkan lagu My Heart Will Go On oleh Celine Dion lagu yang selalu mengingatkannya pada film Titanic.

Kurang dari 1 jam Aruni sudah sampai di tempat tujuannya, kali ini bukan novel horor atau komik misteri yang akan dibelinya melainkan sebuah novel romantis yang akan mengajarkannya banyak hal tentang cinta. "Permisi kak, maaf kalau saya lancang. Saya perhatikan kakak hanya bolak-balik dari satu rak kerak lain tanpa menyentuh satu buku pun, Mungkin ada yang bisa saya bantu?"

Seorang pegawai laki-laki berbadan jangkung itu tersenyum pada aruni berharap ia bisa membantu gadis yang sudah hampir 2 jam mondar-mandir tanpa tujuan.

Gadis itu terdiam dan berpikir sejenak kemudian berseru "Cinta! Aku ingin sebuah novel romantis" ujarnya, membuat sang pegawai muda itu tersenyum sembari mengantarnya pada rak buku yang berisi banyak sekali cerita romantis.

"Bukan ini yang saya maksud, sebuah cerita tentang cinta dan segala resiko yang harus dihadapi saat jatuh cinta" pegawai itu terdiam karena tidak mengerti ucapan aruni.

"Tunggu sebentar. Pertama-tama Kenapa kau ingin sekali mempelajari cinta melalui sebuah buku?" Gadis itu menghela nafas singkat "Agar saat jatuh cinta nanti aku sudah tahu beberapa kemungkinan yang akan kudapatkan dan berusaha untuk menghindari kemungkinan terburuknya."

Perkataan aruni sontak membuat pegawai itu tertawa "Kau salah. Saat jatuh cinta orang pintar sekalipun tidak akan pernah berpikir rasional, kau harus merasakan jatuh cinta baru setelah itu akan mendapat pelajaran darinya"

"Aku belum siap dengan perasaan itu" pegawai itu kembali tersenyum kali ini entah kenapa terlihat jauh lebih karismatik karena ia menutupinya dengan tangan.

"Sebagai gantinya bagaimana kalau saya ceritakan beberapa definisi cinta yang saya pelajari?" Sejujurnya tawaran itu membuat Aruni bimbang, haruskah ia mendengarkan ucapan orang yang baru di temuinya ini atau kembali ke rumah dengan keadaan kecewa karena tidak mendapatkan apa-apa.

"Bagaimana kak?"
"Kau kan harus bekerja"
"Setelah ini jam istirahat saya"
Ia tidak mau hari minggunya sia-sia begitu saja "Ya sudah, aku tunggu di cafe depan dekat restauran seafood ya"

Aruni sudah memesan kopi terlebih dahulu, kafe itu sangat ramai pengunjung setiap harinya apalagi kalau bukan karena layanannya yang sangat baik. Sambil menunggu sang pegawai datang tidak ada salahnya dia kembali mendengarkan lagu "That's The Way It Is". Meski terdengar kuno, tetapi baginya itu adalah lagu menenangkan yang pernah dia dengar.

"Sudah lama ya?"
Ujar seorang lelaki yang tadi Aruni temui, hanya saja ia terlihat sedikit berbeda tanpa seragam kerja.

"Belum kok, oh iya dengan apa aku harus memanggilmu?"

"Saya Mahesa umur 22 tahun, bisa dipanggil Mahes"
Ujar Mahes sembari mengulurkan tangan pada Aruni yang langsung menjabatnya dengan hangat

"Aku Aruni umur 17 tahun, panggil saja Aru. Jadi berhenti memanggiku kakak karena realitanya kamu lebih tua beberapa tahun dibanding aku"

"Baiklah. Oh ya berarti kamu belum pernah merasakan cinta sebelumnya?"

"Pernah" ujar Aruni ragu tapi kemudian memilih untuk tetap menjawab.

"Cinta yang saya maksud berbeda artinya dengan rasa suka atau kagum terhadap seseorang"

"Berarti jawabannya tidak pernah"

"Baiklah, kamu tahu tentang filosofi sepatu?"
"Sepertinya tidak"

"Begini, sama seperti sepatu yang diciptakan berbeda antara kanan dan kiri, begitupun pasangan. Dengan perbedaan sifat yang dimiliki satu sama lain bukan berarti kalian tidak cocok. Namun dengan ketidaksamaan, itulah yang membuat kita bisa saling melengkapi kekurangan masing-masing"

Aruni menyesap kopinya sambil memperhatikan cara bicara laki-laki didepannya dengan penuh konsentrasi, ia merasa bahwa apa yang diucapkan laki-laki ini masuk akal.

"Mungkin gak kalau kaki kanan dan kiri dapat jalan beriringan?"

"Tentu saja tidak"

"Nah itu dia. Meski keduanya tidak bisa berjalan beriringan, sepasang sepatu memiliki tujuan yang sama meskipun dengan pengertian yang berbeda"

"Apa kamu pernah suka sama seseorang?"
Tanya Aruni, dia penasaran karena sepertinya Mahesa sangat mengerti filosofi sepatu tentang cinta ini. Seperti sudah berpengalaman atau dia saja yang memang pandai bercerita bahkan sampai seakan-akan hanyut dalam pikirannya sendiri.

"Pernah, waktu SD tapi gak pacaran"

"Kenapa?"

"Karena aku cuma suka, bukan cinta" bagi Mahes cinta adalah ketika kamu tidak memiliki alasan untuk mencintai seseorang dan ingin terus mencintainya, sedang rasa suka timbul karena beberapa alasan yang membuat kamu menyukai orang tersebut.

"Oiya, ini udah sore gimana kalau saya antar pulang"

"Rumah aku jauh dari sini, lho?"

"Kan saya yang menawarkan, berarti saya sudah siap dengan resikonya dong" Aruni hanya bisa tersenyum karena untuk pertama kalinya ada seseorang yang mengatakan hal seperti ini kepadanya

***
"Salah gak sih kalau sejujurnya aku masih ingin mendengarkan banyak hal darimu?"

Mahes menggeleng seakan paham maksud Aruni barusan "Ngga kok, karena saya juga maunya begitu"

Padahal ini hanya sebuah pertemuan yang entah akan ada pertemuan berikut atau tidak, tapi semesta mampu membuat keduanya merasa saling membutuhkan satu sama lain, berawal dari kejadian tak disengaja sampai kenyamanan yang datang tiba-tiba tanpa aba-aba.

Mereka bilang cara jatuh cinta antara seorang wanita dan laki-laki itu berbeda, kalau laki-laki jatuh cinta pada pandangan pertamanya seperti seorang pegawai yang keheranan melihat pengunjung tokotoko buku itu sibuk memilih buku, justru pengunjung toko buku tersebut jatuh cinta saat pertama kali percakapan mereka tentang sebuah filosofi sepatu sebagai Mahesa dan Aruni.

"Aku senang mendengarmu bercerita Mahes"

"Saya juga senang mengenal pendengar baik sepertimu, tapi saya gak tau apa kita bisa ketemu lagi atau nggak?"

***

Aruni dan Mahesa sepakat bahwa tak akan saling berbagi sosial media ataupun nomor telepon masing-masing, semua yang terjadi adalah takdir.

Kalau bukan karena takdir mungkin saja tadi Aruni langsung pulang selepas sibuk memilih buku yang ternyata nihil hasilnya dan ia tak pernah mendengar filosofi sepatu yang dibicarakan oleh Mahesa sang pegawai toko buku, sedangkan Mahesa hanya akan berdiam diri ditoko buku tanpa merasakan sensasi kehangatan ketika seseorang mendengarkan dengan baik apa yang disampaikannya. Pertemuan yang beberapa jam itu mampu membuat mereka saling jatuh cinta, meski begitu Aruni dan Mahesa juga harus mengikuti jalannya takdir jika mereka memang dua orang yang ditakdirkan bersama maka itu akan terjadi, karena jika terlalu dipaksakan bisa saja kisah ini tidak lagi menjadi sebuah kisah manis.

Maka dari itu Aruni dan Mahesa akan bertemu kembali jika takdir memang mengizinkan mereka bertemu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun