Aku berdiri memberi sapa bapak tua dan gerobaknya yang lewat didepanku, dan bapak tua itu tersenyum manis, alangkah damainya hidup ini, hidup orang-orang yang benar benar merdeka, tentram tak saling mengganggu satu dengan yang lain.
Sok elite yang hanya duduk diam di gedung2 ibukota,yang tak nyeyak tidur dirumah mewah dan megah karena takut ketahuan korupsinya, mereka yang tak bisa merasakan nikmatnya makan minum walau dengan lauk pauk enak di restoran mahal karena jiwa mereka masih belum merdeka, dijajah oleh harta, oleh kekuasaan, mata mereka tak bisa membedakan hitam da putih karena disilaukan dengan tumpukan keping emas, tapi lihatlah orang yang benar-benar merdeka, mereka bisa tidur pulas dan nyenyak walau hanya beralaskan emperan, berselimutkan sarung, berbantal trotoar, makan minum apa adanya pun menjadi nikmat, dan senyum bapak tua yang begitu menyiratkan ketentraman jiwa, karena mereka benar benar merdeka, mereka mensyukuri apa yang ada.
Suara Tarkhim sebelum adzan shubuh dari sebuah langgar kecil berkumandang, angin semilir membawa kabut menembus jaket dan menusuk tulang, kulihat diseberang jalan para orang merdeka sudah mulai bangun tuk kembali mengurus dan mencukupi kebutuhan rakyat yang sok elite digedung ibukota lalu akupun segera beranjak, tuk melangkah pulang......
(Wisma Kita 05:04 WIB)