Di balik itu, menjadi moment sang 'Raja Jalan' yang berseragam cokelat dengan kombinasi putih mengeluarkan kartu tilang bagi angkutan umum yang menepi menaikan penumpang. Tak jarang bus angkutan umum itu enggan berhenti, lantaran lambaian tangan sang Raja Jalan dan petugas jasa marga memeberi isyarat dilarang berhenti. Sejenak terusik dalam akal sehat "sebuah perampasan hak kaum menengah" mendapatkan tumpangan untuk melaksanakan aktivitas keseharian mereka. Sebaliknya, menjadi pelarangan hak atas angkutan umum rute Jakarta-Bekasi dan lainnya untuk mendapatkan penumpang.
Disadari bahwa menaikan dan menurunkan penumpang dalam jalan tol adalah pelanggaran UU No 22 Tahun 2009. Namun semua itu adalah skenairio kapitalis perseroan 'plat merah' dengan menutup jalur transit keluar tol yang jauh sebelumnya menjadi akses turun naik penumpang. Dengan begitu membuat penumpang dan angkutan umum masuk dalam tol berjejer di balik terik matahari dan debu-debu jalan. Lagi-lagi, kesenjaangan sosial yang sengaja dibuat demi kepentingan provit dengan mengabaikan hak-hak kepentingan umum kalangan menengah ke bawah. Belum lagi akan hilangnya kesempatan para pengojek dan hilangnya lahan pencarian para pedagang kaki lima. Singkatnya, penutupan akses turun naik penumpang ini membuka persoalan baru dalam masyarakat dan ketidakberpihakan BUMN terhadap kepentingan umum.
Sejenak kita tercengang mengetahui aksi ngamuk sang Menteri BUMN, Dahlan Iskan sehari sebelumnya di pintu Tol Semanggi I, membuka pintu tol lantaran antrian panjang lantaran dua pintu tol belum terbuka pada pukul 06.00. Kala itu, bekas Dirut PLN ini hendak rapat dan melalui jalur itu, namun terlihat pemandangan kemacetan pagi hari. Andai saja Dahlan Iskan melihat pemandangan miris di Tol Jatibening pagi kemarin, mungkinkah akan mengamuk pula dengan kebijakan pihak Jasa Marga itu. Ataukah hanya melintas dan tertawa melihat kesejenjangan itu, karena tak menghambat jalannya menuju aktivitasnya. Jika berpihak ke kaum kecil, maka tentu akan mengambil sikap sontak seperti yang dilakukan sehari sebelumnya. Atau minimal mengambil sikap mecari solusi kesenjangan ini. Sebaliknya, jika tidak berarti amukan kemarin itu hanyalah 'one man show' karena hanya terhambat perjalanannya. Kita nantikan sikap menteri gaul itu atas keberpihakan kepada masyarakat kecil.(8676)