Entah dengan sebutan apa aku mengucap
dan pada siapa aku berucap
semuanya seolah kalap
tanpa keputusan yang mantap
Di sana tuan dan puan rapat
entah apa yang didapat
semuanya keluarkan pendapat
tapi tak satu oun yang sepakat
Terlalu enak duduk dikursi empuk
walau mulut saling mengumpat
katanya demi rakyat
tapi seperti main petak umpet
Terlupa perundang undangan
hak untuk sampaikan pendapat
tapi keluarkan hak angket
yang membuat situasi semakin ruwet
Wahai kau sang dewan
yang sering melawan
ketika demokrasi didengungkan
seolah kau senewen
Wahai kau sang dewan
mengapa tak mau jadi relawan
yang mencari kebenaran
hingga kau tak disalahkan
Bukankah negara ini demokrasi
tetapi kenapa tak bisa mengatasi
yang dari sana rakyat diawasi
tetapi sepertinya dibatasi
Apakah kau  sengaja mengoyak demokrasi
hingga kau bebas berlaku
bahkan rasis pun kau bawa
bersembunyi di balik kata
Jika kau penjungjung demokrasi
kenapa kau sulit diatasi
bahkan cenderung saling mencemari
seperti anak kecil isap jemari
wahai tuan dan puan dewan
cukuplah mala lalu negara dijajah
jangan kau bangkit jadi penjajah
di negeri yang sudah bosan akan tingkah
Wahai kau sang dewan negeri
milikilah rasa malu dan peduli
hingga kau dapat dihargai
dari sikap dan tingkahmu sehari hari
Janganlah koyakkan hati rakyat
yang menginginkan rasa damai
lewat demokrasi di negeri ini
yang kini tanpa sadar terzalimi
Aku jenuh dengan tingkahmu
muak dengan sikapmu
yang seolah sopan dan lugu
ternyata berputar dalam belenggu
wahai sang dewanjangan sampai rakyat melawan
hingga kau tertawan
oleh egomu yang memuakkan.
Hongkong 260316