Observasi sangat sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Sebelum berkembangnya metode-metode lain, metode observasi yang lebih dahulu digunakan sebagai alat pengumpulan data tradisional oleh ilmuwan terdahulu. Sehingga observasi menjadi metode pengumpulan data paling tua dalam penelitian.
Inti dari observasi ilmiah adalah adanya perilaku dan tujuan yang ingin dicapai. Guba dan Lincoln dalam Moleong (2011) menjelaskan beberapa alasan mengapa observasi sangat berperan dalam penelitian kualitatif, yaitu 1) observasi didasarkan atas pengalaman secara langsung, 2) observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri perilaku atau kejadian, lalu mencatatnya sesuai fakta yang terjadi, 3) observasi memingkinkan peneliti mencatat pesristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang lansung diperoleh dari data, 4) observasi sebagai sarana untuk cross check hasil wawancara, 5) observasi memungkinkan peneliti mampu memehami situasi yang rumit dan kompleks, 6) dalam kasusu tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, observasi dapat digunakan.
Seorang observer yang baik membutuhkan keterampilan istimewa yang memungkinkannya untuk menangani berbagai persoalan, seperti potensi kebohongan dari masyarakat yang diwawancarai, manajemen kesan, dan potensi ketersingkiran sang peneliti dalam lingkungan yang asing (Hammersley & Atkinson, dalam Creswell, 2015).