Dugaan tindak pidana kekerasan seksual yang dilakukan seorang guru terhadap muridnya di sekolah menengah agama di Gorontalo mencerminkan bahwa "dunia pendidikan sedang darurat kekerasan seksual". Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menyebutnya sebagai "darurat" karena tindakan kekerasan seksual anak di satuan pendidikan terus berulang dengan tren meningkat. Hal ini diperparah dengan sanksi terhadap pelaku yang rendah sehingga tidak menimbulkan efek jera. "Ini sudah darurat. Antisipasi pencegahan dan penanganannya harus secara luar biasa karena ini sudah kejahatan luar biasa (extraordinary crime) bagi kami," kata Satriwan saat dihubungi BBC News Indonesia, Kamis (26/09). Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat sedikitnya 101 korban kekerasan seksual yang terjadi di satuan pendidikan pada Januari hingga Agustus 2024. Adapun sepanjang 2023, jumlahnya tercatat dua kali lipat, yakni 202 anak. Tingginya kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan (KPAI) , disebabkan oleh relasi kuasa antara guru dan murid yang tidak seimbang ditambah lemahnya pengawasan. Kementrian Agama yang menaungi  satuan pendidikan agama telah menjatuhkan  "sanksi berat"  kepada guru tersebut, tanpa merinci bentuk sanksi yang diberikan.
KEMBALI KE ARTIKEL