Mohon tunggu...
KOMENTAR
Worklife Pilihan

Mengapa Wanita Rentan Burnout di Tempat Kerja? Inilah Alasan dan Solusinya

28 September 2024   11:19 Diperbarui: 28 September 2024   11:19 76 6

Burnout di tempat kerja semakin sering terjadi, terutama di era modern yang menuntut efisiensi dan produktivitas tinggi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih rentan mengalami burnout dibandingkan pria.

Burnout tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga kinerja dan kesejahteraan secara keseluruhan. Lantas, mengapa wanita lebih rentan terhadap burnout, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?

Mengapa Wanita Rentan Mengalami Burnout di Tempat Kerja?

1. Beban Ganda: Tuntutan Pekerjaan dan Tanggung Jawab Rumah Tangga

Salah satu penyebab utama burnout pada wanita adalah beban ganda yang harus mereka tanggung. Wanita sering kali harus membagi waktu antara pekerjaan dan tanggung jawab di rumah, seperti mengurus anak, pekerjaan rumah tangga, dan merawat anggota keluarga yang lain.

Meskipun sudah ada pergeseran sosial yang mendukung kesetaraan gender, kenyataannya masih banyak wanita yang merasa terbebani dengan tanggung jawab domestik yang lebih besar dibandingkan pria.

2. Kurangnya Dukungan di Tempat Kerja

Di banyak tempat kerja, wanita sering merasa kurang mendapatkan dukungan, baik dari atasan maupun rekan kerja.

Mereka mungkin menghadapi stereotip gender yang merendahkan kemampuan mereka, seperti dianggap kurang kompeten dalam mengambil keputusan penting atau dipandang sebelah mata ketika beraspirasi untuk promosi. Kurangnya dukungan ini dapat memicu perasaan tidak dihargai, kelelahan, dan akhirnya burnout.

3. Tekanan untuk Berprestasi dan Mengatasi Bias Gender

Wanita sering kali merasa perlu bekerja lebih keras untuk membuktikan kemampuan mereka di tempat kerja, terutama dalam lingkungan yang didominasi oleh pria.

Tekanan untuk terus berprestasi dan menunjukkan kompetensi ini dapat menyebabkan stres berlebih. Selain itu, adanya bias gender seperti diskriminasi upah dan kesempatan promosi yang tidak setara menambah beban mental yang dirasakan wanita.

4. Kurangnya Fleksibilitas Kerja

Fleksibilitas kerja menjadi kebutuhan penting bagi banyak wanita, terutama bagi mereka yang harus mengelola tanggung jawab keluarga.

Sayangnya, tidak semua perusahaan menyediakan fleksibilitas yang memadai, seperti opsi kerja dari rumah, jam kerja fleksibel, atau cuti yang ramah keluarga. Ketidakmampuan untuk menyeimbangkan antara kehidupan profesional dan personal ini sering kali menyebabkan burnout.

5. Harapan yang Tidak Realistis dan Perfeksionisme

Wanita cenderung lebih perfeksionis dan menetapkan standar yang tinggi untuk diri mereka sendiri. Perfeksionisme ini bisa menjadi pedang bermata dua yang membuat mereka terus bekerja tanpa henti, bahkan di luar jam kerja.

Ketika harapan yang tidak realistis ini tidak terpenuhi, wanita sering merasa gagal dan kewalahan, yang pada akhirnya memperburuk kondisi burnout.

Solusi Mengatasi Burnout pada Wanita di Tempat Kerja

1. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Mendukung dan Inklusif


Perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesetaraan gender, di mana setiap karyawan, tanpa memandang gender, merasa dihargai dan didukung.

Hal ini termasuk memberikan kesempatan yang sama untuk promosi, pengakuan prestasi, dan akses terhadap pelatihan atau mentoring.

2. Menerapkan Kebijakan Kerja Fleksibel

Kebijakan kerja fleksibel dapat membantu wanita untuk lebih mudah menyeimbangkan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga.

Opsi seperti kerja dari rumah, jam kerja fleksibel, dan cuti yang mendukung kesejahteraan karyawan bisa menjadi solusi untuk mengurangi tingkat stres dan risiko burnout.

3. Mengurangi Beban Kerja dengan Manajemen Waktu yang Efektif

Manajemen waktu yang efektif dapat membantu wanita mengelola tugas-tugas mereka dengan lebih baik. Ini termasuk menetapkan prioritas yang jelas, membagi pekerjaan dengan tim, dan belajar mengatakan “tidak” pada tugas tambahan yang berpotensi membebani.

Menggunakan alat bantu manajemen waktu dan teknologi juga dapat meningkatkan efisiensi kerja.

4. Mendukung Kesehatan Mental melalui Program Kesejahteraan


Perusahaan bisa mengimplementasikan program kesejahteraan karyawan yang mendukung kesehatan mental, seperti sesi konseling, pelatihan manajemen stres, dan kegiatan yang mempromosikan keseimbangan kerja dan kehidupan.

Program ini dapat membantu karyawan, terutama wanita, untuk lebih sadar akan kondisi kesehatan mental mereka dan mencari bantuan ketika diperlukan.

5. Membangun Jaringan Dukungan dan Mengelola Harapan

Wanita perlu membangun jaringan dukungan baik di tempat kerja maupun di luar, seperti bergabung dengan komunitas profesional, kelompok dukungan, atau program mentoring.

Jaringan ini dapat memberikan dorongan dan perspektif baru yang membantu mereka mengatasi tekanan kerja. Selain itu, penting untuk mengelola harapan secara realistis dan menerima bahwa tidak semua hal harus sempurna.

Burnout di tempat kerja adalah masalah serius yang tidak boleh diabaikan, terutama bagi wanita yang menghadapi tekanan dari berbagai sisi.

Dengan menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung, menawarkan fleksibilitas, dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesejahteraan mental, kita dapat membantu mengurangi risiko burnout di kalangan wanita.

Mengatasi burnout bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga memerlukan peran aktif dari perusahaan dan lingkungan kerja yang inklusif.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun