Mohon tunggu...
KOMENTAR
Worklife Pilihan

Burnout di Kalangan Profesional Muda, Fenomena Gen Z yang Semakin Nyata

18 Agustus 2024   18:51 Diperbarui: 18 Agustus 2024   19:02 67 4

Burnout, istilah yang dulunya hanya sering terdengar di kalangan profesional yang sudah matang, kini semakin akrab di telinga para pekerja muda, terutama generasi Z. Mengapa?

Bukan tanpa alasan, generasi yang tumbuh di era digital ini memang menghadapi tantangan yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.

Dari ekspektasi karier yang tinggi hingga tekanan media sosial, semua bisa jadi pemicu burnout yang sulit dihindari.

Apa Itu Burnout?

Burnout adalah kondisi di mana seseorang merasa lelah secara fisik, emosional, dan mental akibat tekanan kerja yang berlebihan.

Kondisi ini sering kali membuat seseorang merasa tidak mampu menjalani tugas sehari-hari, bahkan tugas yang dulu terasa mudah.

Burnout berbeda dengan kelelahan biasa karena dampaknya bisa sangat serius, termasuk menurunkan produktivitas dan kualitas hidup.

 Mengapa Burnout Jadi Masalah Serius untuk Gen Z?

Buat Gen Z, burnout bisa terasa lebih intens karena adanya faktor-faktor unik yang mempengaruhi keseharian mereka. Berikut beberapa alasan kenapa burnout jadi masalah serius di kalangan profesional muda:

1. Ekspektasi Karier yang Tinggi  
   
Gen Z dikenal sebagai generasi yang ambisius. Mereka ingin sukses secepat mungkin dan tidak mau menunggu lama untuk meraih apa yang mereka impikan.

Namun, tekanan untuk selalu "on" dan siap menghadapi tantangan bisa membuat energi cepat terkuras. Kombinasi antara ekspektasi yang tinggi dan realita dunia kerja yang tidak selalu sesuai harapan sering kali menjadi sumber stres.

2. Tekanan dari Media Sosial  

Media sosial bisa jadi pisau bermata dua. Di satu sisi, platform seperti Instagram, LinkedIn, dan Twitter bisa jadi tempat untuk mengekspresikan diri dan membangun personal branding.

Namun, di sisi lain, melihat kesuksesan orang lain yang dipajang di media sosial bisa membuat kita merasa tertinggal dan tidak cukup. Inilah yang memicu fenomena "comparison trap," di mana kita terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain, hingga akhirnya merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita capai.

3. Kurangnya Batasan Antara Kerja dan Kehidupan Pribadi

Dengan adanya teknologi yang memungkinkan kita bekerja dari mana saja, kapan saja, batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi semakin kabur.

Tidak jarang, profesional muda merasa harus selalu siap dihubungi, bahkan di luar jam kerja. Hal ini membuat mereka sulit untuk benar-benar istirahat dan memulihkan energi, yang pada akhirnya memicu burnout.

Cara Mengatasi Burnout

Mengenali gejala burnout adalah langkah pertama untuk mengatasinya. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain: merasa lelah terus-menerus, kehilangan minat terhadap pekerjaan, sulit berkonsentrasi, dan merasa tidak berguna.

Jika kamu mulai merasakan gejala-gejala ini, berikut beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko burnout:

1. Tetapkan Batasan

Penting untuk membuat batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Misalnya, matikan notifikasi email setelah jam kerja atau buat jadwal khusus untuk me-time. Ini akan membantumu merasa lebih seimbang dan tidak terbebani oleh pekerjaan.

2. Jangan Takut Mengatakan Tidak

Salah satu penyebab burnout adalah terlalu banyak mengambil pekerjaan atau tanggung jawab. Belajarlah untuk mengatakan "tidak" pada hal-hal yang tidak mendesak atau di luar kapasitasmu. Fokuslah pada apa yang benar-benar penting dan hindari overcommitment.

3. Manfaatkan Waktu Libur

Gunakan waktu liburmu dengan maksimal. Alih-alih memikirkan pekerjaan, coba lakukan aktivitas yang benar-benar membuatmu rileks dan bahagia, seperti traveling, berkumpul dengan teman, atau sekadar binge-watching serial favorit.

4. Jaga Kesehatan Fisik dan Mental  

Olahraga, makan sehat, dan tidur cukup adalah kunci untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Jangan abaikan pentingnya olahraga dalam rutinitas harianmu. Selain itu, luangkan waktu untuk bermeditasi atau melakukan teknik relaksasi lainnya.

5. Cari Dukungan  

Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional jika merasa tidak mampu mengatasi burnout sendiri. Kadang-kadang, berbagi cerita dengan orang lain bisa memberikan perspektif baru yang membantu meringankan beban.

Burnout adalah fenomena yang nyata di kalangan profesional muda, terutama di era di mana ekspektasi tinggi dan tekanan sosial semakin besar.

Namun, dengan mengenali tanda-tandanya sejak dini dan mengambil langkah-langkah pencegahan, kamu bisa menghindari jebakan burnout dan menjalani karier yang lebih sehat dan bahagia.

Ingat, kesehatan mental adalah investasi jangka panjang yang tidak boleh diabaikan.

Dan yang tidak kalah penting adalah perdalam ilmu agama dan tingkatkan ibadah, ikuti kajian  kajian yang memberikan motivasi hidup. Kekeringan rohani dan jiwa berakibat kepada pola dan tujuan hidup yang tidak terarah dan tidak terkendali. Sehingga berdampak pada kesehatan mental

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun