Ketika Wartawan Gagal Paham Menyebar Berita, Inilah Jadinya
Pagi ini, lagi-lagi saya dikejutkan dengan berita sensasional, berita tentang dokter dan pasien. Judulnya sangat fantastis dan bombastis lagi2 demi rating bisnis biar korannya laris. “Dokter BPJS Bisa Kantongi Rp 924 Juta/Tahun”. Waaww, dahsyat hampir 1 milyar pertahun. Di Indonesia selain pelaku korupsi dan bisnis, karyawan mana yang bisa dapat uang segitu dalam setahun??ajiibbbb…
Gara-gara berita seperti ini, saya yakin tahun depan saat penerimaan mahasiswa baru, fakultas kedokteran akan selalu dan selamanya menjadi fakultas yang paling ‘dikerubuti’. Bagaimana tidak, beritanya di koran seperti itu koq, fantastis!!
Entah ini wartawannya yang tidak bisa menyaring berita atau meminjam istilahnya ibu Ani Yudhoyono, “wartawan bodoh”. Maaf jika kata2 saya agak kasar, tapi menurut saya jauh lebih kasar dan brutal lagi judul berita tersebut.
Mas wartawan, entah anda membaca ini atau tidak, saya mau klarifikasi. Jumlah yang anda sebutkan 19.255 rupiah itu adalah jumlah yang harus dibayarkan untuk harga premi dari asuransi plat merah pemerintah, yaitu BPJS. Asuransi ini punya payung hukum untuk menarik uang anda sebesar itu tiap bulannya yang nantinya digunakan untuk biaya kesehatan anda. Dan uang ini diluar pajak.
Anda tahu asuransi?tahu premi?tau biaya klaim?tahu gak kalau di asuransi itu ada biaya untuk admin, biaya karyawan asuransi, biaya rumah sakit, biaya obat, biaya klaim, dll. Jumlah nominal itu adalah jumlah nominal yang paling rendah dari seluruh asuransi swasta di Indonesia. Dan jumlah yang 19ribu itu untuk membiayai seluruh penyakit anda mulai dari sakit batuk flu hingga kanker stadium 5. Cukupkah?yaa coba saja anda hitung2, apa logis?Sedangkan harga sebungkus rokok saja 15ribu per hari. Nahhh, jadi ngerti kan system kesehatan apa yang ingin dibangun oleh pemerintah.
Ahh sudahlah, saya bukan orang kemenkes, bukan tugas saya mengkampanyekan system JKN ini. Kembali saja ke topic. Jadi intinya, saya prihatin sama wartawan yang nulis berita itu. Koq bisa2nya dengan kalkulator nokia jadulnya itu dokter bisa dapat angka 1 milyar?lalu dengan pedenya di tulis di Koran nasional yang dibaca jutaan orang. Aduhh entah apa misi nya wartawan yang nulis berita ini. Karena seingat saya dokter tidak punya musuh politik, lalu kenapa dberitakan miring?apa tidak menimbulkan kecemburuan social nantinya?
Sembilan belas ribu itu mas bukan untuk dokter semuanya, tapi biaya premi tiap bulan. Sembilan belas ribu itu nanti akan dikelola oleh BPJS, dia yang ngurus semua tetek bengek apakah itu gaji karyawan BPJS, biaya klaim, biaya beli kertas dan tinta printer semuanya dari uang yang 19ribu itu. Lalu untuk dokter berapa?apakah mungkin 19ribu semuanya untuk dokter?yaa enggaklah, gilaa aja. Dari 19ribu itu setelah dipotong ini itu oleh pengelola BPJS hanya tersisa 2000-2500 perak rupiah saja buat dokter. Inilah yang nantinya disebut sebagai anggaran kapitasi dokter. Dikali 4000 pasien maka dokter perbulan hanya mendapatkan 8juta rupiah (bukan dollar) perbulan. Itu dengan asumsi 4000 orang itu dalam sebulan semuanya sehat wal afiat tanpa cacat.
Silahkan sanggah tulisan saya ini bila isinya salah.
Salam bahagia aja dah buat mas wartawan yang berhasil mengobok2 emosi jutaan masyarakat Indonesia.
Sumber berita : http://www.jpnn.com/read/2013/10/30/198250/Dokter-BPJS-Bisa-Kantongi-Rp-924-Juta/Tahun#