Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Kepentingan Politik dengan Dahsyat Mengubah “Mindset” Politisi

7 Maret 2010   04:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:34 135 0

Untuk mengubah mindset manusia, Tuhan terasa kewalahan, hingga perlu menciptakan sorga penuh kenikmatan dan neraka sangat jahannam, untuk mengarahkan manusia agar berbuat kebaikan. Tetapi, tetap saja masih banyak manusia yang berbuat kejahatan. Sementara, kepentingan politik ternyata dapat secara dahsyat dan amat mengagumkan mengubah mindset politisi, hingga benar – benar berlaku partisan demi kepentingan partainya, dengan berdalih dan berargumen menggunakan alasan – alasan yang dibuat seakan – akan rasional.
Di Amerika misalnya, perbuatan “blow –job” Monica Lewinsky, tidak mampu menempatkan Presiden Clinton hingga dapat dianggap telah melakukan perbuatan a – susila, yang diperlukan sebagai alasan pemakzulan ( impeachment ). Karena, seluruh anggauta Partai Demokrat di Senate maupun di Congress, sepakat bahwa itu bukanlah merupakan bentuk hubungan seksual (sexual intercourse). Dan hanya tindakan a susila setaraf hubungan seksual yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran berat, yang dapat digunakan sebagai alasan pemakzulan Presiden. Padahal, persepsi terhadap tindakan a susila yang berada pada ranah moralitas peradaban universal, seharusnya dilakukan menggunakan penghayatan yang pribadi sifatnya, bergantung pada sikap moral dan pengalaman spiritual seseorang, serta tidak bergantung pada kepentingan apa dan untuk siapa persepsi itu dibuat.
Di Indonesia, baru saja kita menyaksikan bagaimana anggauta Partai Demokrat secara aklamasi menyatakan ;
membenarkan kebijakan penyelamatan Bank Century,
kemudian mengatakan tidak terjadi tindak pidana dalam penyelamatan Bank Century
dan menegaskan bahwa sebuah kebijakan tidak dapat dikriminalkan.
Untuk hal yang terakhir, apakah sebagian anggauta partai Demokrat tidak ada yang ingat atau semuanya telah lupa bahwa mantan Gubernur BI sebelumnya, Syahril Sabirin dan Burhanuddin dipenjarakan karena kebijakannya, dan bukan karena memperkaya diri sendiri tetapi dianggap telah memperkaya orang lain ?!. Tindakannya dilakukan melalui rapat resmi dan tidak tersembunyi. Sama halnya yang dilakukan oleh Boediono dan Sri Mulyani.
Yang sangat aneh, argumen itu juga disampaikan oleh pakar hukum Benny K Harman yang juga sebagai pimpinan teras Partai Demokrat, dengan mengemukakan analogi yang sepertinya mengesankan dan secara logika dapat diterima. Dia seakan tidak mengindahkan Yuris Prudensi yang nyata – nyata telah ada. Sehingga jelas – jelas bahwa demi kepentingan partainya, dia harus merubah mazhab dan cara berpikirnya.
Untuk yang pertama, tentang pembenaran kebijakan penyelamatan Bank Century, apakah tidak ada yang meragukan bahwa bank sekecil itu akan berdampak sistemik bila ditutup walaupun dalam keadaan krisis. Apakah tidak ada yang mempersalahkan atau paling tidak menyesalkan, sebuah bank yang memiliki sejarah kriminal panjang, bahkan jelas – jelas dirampok pemiliknya yang kemudian jadi buron, kemudian diselamatkan ?! Dan mempelajari, di dunia mana hal ini pernah terjadi ?!. Apakah tidak ada yang mempertanyakan mengapa keputusan dilakukan dengan tergesa – gesa, tanpa disertai konsultasi secara mendalam dengan Presiden ( Ad – Interim ) untuk penggelontoran uang sebesar itu, yang akhirnya dapat menjadi beban Pemerintah ?!
Dan apakah tindakan penyelamatan, dilakukan dengan memperhatikan dampak sistemik sosial dan politknya, karena akan menusuk rasa keadilan masyarakat ?! Bahwa Boediono dan Sri Mulyani diyakini sebagai orang yang pintar, jujur dan memilki integritas, itu sangat dimengerti. Tetapi, mereka kan bukan Nabi yang tak dapat berbuat salah. Tetapi kalaupun mereka berbuat kesalahan, bukan berarti kesalahan yang dilakukan merupakan tindakan kriminal atau mengandung unsur pidana. Bisa saja hanya merupakan kesalahan antisipasi atau bentuk kesalahan lain berupa pelanggaran pelaksanaan Good Governance. Tetapi tetap saja kebijakan penyelamatan Bank Century tidak dapat di klaim sebagai tindakan yang sepenuhnya benar. Mungkin secara pro justisia dinyatakan benar, tetapi secara politis, berdasarkan keputusan yang diambil secara demokratis, suara mayoritas telah menyatakan salah.
Bila tidak ada satupun anggauta Partai Demokrat yang tergerak menyuarakan nuraninya menanggapi kesangsian diatas, berarti mindset mereka secara kolektif telah berubah atau terdistorsi oleh kepentingan – kepentingan partisan. Dan itu secara politik ternyata memungkinkan ! Mudah - mudahan tidak menjadikan terkutuk, politisi yang lebih mencintai Partainya dari pada mencintai Tuhan ( baca ; kebenaran )

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun