Ketika berkunjung ke Yogyakarta, bakmi jawa menjadi kuliner yang mudah ditemui di malam hari. Penjual bakmi jawa dapat dikenali dari penggunaan gerobak, anglo (tungku tanah liat), arang yang menyala merah, wok atau wajan berukuran kecil, telur bebek, serta ayam kampung yang menggantung ria bagai pole dancer seakan berusaha memikat pengendara motor yang berlalu lalang. "Mampir dulu, Mas" mungkin begitulah rayuan si ayam kampung sembari menggoyang-goyangkan lekuk tubuhnya yang mulus dan mengkilat di bawah lampu temaram gerobak bakmi. Oke, skip.
KEMBALI KE ARTIKEL