Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

[Fiksi Fantasi] Dunia Empat Sahabat

17 September 2014   17:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:26 30 3
Oleh Ihdi Bahrun Nafi (55)

Kepagian.

selalu saja menjadi kebiasaan. Apalagi kepagian itu diiringi dengan akibat yang buruk. Toni, seorang anak yang memakai kacamata setiap harinya mungkin dapat dikenal sebagai anak kutu buku. Namun fakta sebaliknya meski dia juga seorang programmer dan gamer yang handal namun kebiasaan buruknya bangun siang membuatnya lulus lebih lama dari dua sahabat karibnya  Sofi dan Jamil lulus dengan tepat waktu 4 tahun. Bahkan Jamil yang terbaik diantara sahabatnya sekarang sudah menapaki jenjang pascasarjana di Yogyakarta. Sedangkan Sofi lebih memilih bekerja di sebuah perusahaan swasta. Kriiiing.. jam weker lamanya yang selalu dihidupkan sebagai cara mencegahnya untuk bangun siang membuat ia terbangun diiringi matahari yang telah terbit di ufuk timur . Akan tetapi lagi-lagi ia salah untuk mengatur ulang alarmnya tepat pada waktu jam sebelum kuliah. Segera saja ia menuju kamar mandi. Ia menjadi sedikit menyesal dengan malamnya yang dihabiskan untuk mengerjakan tugas dan bermain game.

Ibadah shubuh pun harus ia tinggalkan berkali-kali, meskipun Dini adik kelas dan sahabat karibnya selalu mengingatkannya, sebab dengan do`a akan membuat kita semakin positif menjalani hidup. Dengan memakai pakaian seadanya yang ia temukan, serta beberapa buku dan tak lupa laptop yang menjadi kebutuhan utama anak IT selalu dibawanya. Dengan berjalan tergesa-gesa ia keluar dari kamar kostnya dan melewati jalanan yang sedikit kumuh dengn banyak sampah berserakan serta tanaman tandus yang dibiarkan begitu saja tanpa dirawat. Hal itu terjadi setiap pagi ketika Toni melewati jalan tersebut bahkan tanaman yang dulunya menjadi tanaman hias yang cantik menjadi tandus seolah-olah hidupnya hanya beberapa hari.

Di gerbang kampus ia berpapasan dengan Dini . ia hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan teman karibnya tersebut. Namun hal itu tidak diindahkan olehnya dan ia terus berlari menuju ruang kelas. Sesampainya di ruang kelas, ia tidak melihat keramaian kelas bahkan tidak satupun orang disana, hanya kursi-kursi yang berjejer rapi seperti biasanya. Toni pun bingung dan bergegas menuju mading fakultas. Dan hal lain didapatnya...

“ oh tidak, aku memang salah waktu seharusnya aku datang setelah dhuhur

“ nah, itu akibatnya tidak memperhatikan waktu “ tiba-tiba Dini datang

“ iya  adek, lain kali abang patuh deh”

“ ih.. siapa yang mau panggil abang, mas aja kadang kadang ogah”

“ iya deh, bagaimana kalau makan pagi bareng”

“ oke , mau makan dimana”

“ kalau mau makan aja , cepet”

“ hehehe, ditraktir kan?”

“ iya, ditraktir”

Dibalik keseruan mereka  Toni melihat sesuatu yang aneh tiba-tiba burung Elang dan burung gagak sedang beterbangan dan seolah-olah terlihat berkelahi mengeluarkan berbagi jurus-jurus sakti. Ia mengosok-gosokkan mata nya dan mengganggap itu hanyalah mimpi yang dibawanya setelah ia bermain game semalam. Namun, setelah itu kedua burung itu pun terbang entah kemana.

Ketika itu Toni segera memberitahukan Dini , akan tetapi ia tak menggubris dan tetap menyuruhnya untuk berprilaku semestinya. Akhirnya mereka pun berpisah karena jurusan yang mereka pilih berbeda. Toni masuk kelas IT sedangkan Dini masuk ke psikologi.

Di tempat kerja Sofi..

“Sudah satu tahun, kami empat sahabat terpisahkan” gumam Sofi dalam hati

Kemudian handphonenya berdering. Setelah dilihat olehnya nama Jamil yang tertera pada layarnya. Tampak olehnya raut wajah yang senang bertabur rindu. Kemudian Jamil mengajaknya untuk saling bertemu,kebetulan tempat mereka tidak terlalu jauh, hanya berbeda kecamatan. Jamil mengajaknya ke suatu tempat bersejarah di Yogyakarta. Selain melihat peninggalan kraton. Tak lupa pula Jamil mengajaknya menuju museum serangan umum 1 Maret. Anehnya, di museum tersebut terdapat patung kuda dan seorang penungganngnya yang tak lain adalah seorang bangsawan kerajaan. Akan tetapi, tidak banyak orang melihat. Tapi Tidak untuk Jamil sebagai orang yang sering mondar-mandir museum. Setelah dilihat baik-baik olehnya. Kemudian , ia memegang sebuah rantai yang dikalungkan pada patung tersebut. Ia pun coba membukanya , akan tetapi karena barangnya terbuat dari logam yang kuat ia pun tak kuasa . Sofi pun menghampirinya..

“ hei, sedang apa kamu mil”

“ ada sesuatu yang aneh dengan patung ini, aku ingin membuka rantai yang mengikatnya, ia seolah mengatakan sesuatu”

“ ah, kamu paling ngaco mungkin, mana mungkin patung ini bisa bicara”

“ coba pikir, mana mungkin ada patung bangsawan berkuda di museum seperti ini”

Setelah dipikir-pikir barulah Sofi sadar bahwasanya ia menemukan keanehan pada patung tersebut. Akan tetapi ia tidak punya cara bagaimana melepaskan rantai yang terkunci . apakah ada kunci lain yang bisa membukanya. Mereka berdua saling memikirkan apa yang harus dilakukannya. Kemudian Sofi mengeluarkan kunci kecil dari tasnya. Meskipun lubang kunci miliknya hampir sama namun sulit untuk membukanya. Setelah dipaksakan rantainya pun terbuka dan patung itu bergerak.

“ maafkan saya, harus menganggu anda, tapi kita akan bertemu di malam hari di lain waktu tidak seperti saat ini”

Kedua orang itu hanya menatap saja kemana arahnya ia keluar dan lenyap begitu saja. Mereka pun memutuskan untuk kembali dan menganggap usaha mereka tadi adalah sia-sia seolah-olah itu hanyalah kerjaan orang museum untuk menarik minat pengunjung.

Di tempat Toni..

Setiap hari kode-kode adalah hal yang lumrah baginya, namun burung-burung di pagi hari itu masih menyisakan sebuah misteri di kepalanya. Apa yang ia lihat hampir persis dengan game yang sering dimainkan. Elang itu berwarna-warni dan sarat dengan teknologi tinggi. Ia mencoba menggambar elang yang diingatnya tersebut dalam photoshop.

Kemudian ia mendapat sms dari sofi yang mengatakan ingin mengadakan reuni bersama . Hal itu sangat menyenangkan Toni. Akan tetapi dibalik kesenangannya muncul seekor burung gagak dan burung hantu menabrak-nabrakan dirinya pada jendela kamarnya. Ia pun segera datang dan melihatnya. Apa yang terjadi justru semakin mencekam. Kedua burung itu pun berubah menjadi semacam siluman malam yang haus darah. Kaca pun pecah dan ia tak bisa berbuat apa-apa. Taring dan kuku yang tajam membuat Toni semakin terpojok. Setelah itu datang seekor kucing dan elang yang berubah wujud menjadi pembasmi dua burung tersebut. Kegaduhan di malam hari semakin menjadi. Tidak ada yang bisa dilakukan Toni selain berdo`a. Akan tetapi kedua makhluk menyeramkan itu terluka dan pergi begitu saja. Kemudian laki-laki perkasa dan wanita cantik yang tadinya berubah menjadi elang dan kucing tersebut mengulurkan tangan kepada Toni.

“ jangan khawatir, kami tidak akan melukaimu” laki-laki itu tersenyum

“ justru kami akan menyelamatkanmu dari Aurora” wanita kucing itu menenangkannya

“ siapa aurora?”

“aurora adalah seorang nenek sihir yang menyihir beberapa makhluk malam untuk dijadikan budaknya untuk mengambil jiwa anak-anak seusiamu”

Setelah itu, Toni kemudian tak sadarkan diri sampai kemudian pagi datang. Setelah ia bangun, ia pun melompat dari tempatnya karena elang yang semalam ia lihat tidur disampingnya.

“ jangan takut , panggil saja aku garuda, aku akan datang ketika kau butuh bantuanku”

Kemudian elang itu pun terbang. Ia merasakan hari semakin aneh begitu ia melihat elang pertama kali. Dini pun beserta Sofi dan Jamil datang ke kamarnya.

“ hari ini kami ingin mengajakmu ke sesuatu tempat” Dini datang dengan menggendong kucing

“ panggil saja aku cattie” kucing itu berbicara dan kemudian mengeong

“ semula kami menganggap hanya keanehan yang dibuat-buat oleh pengurus museum dan kami memutuskan untuk bertemu denganmu , kau juga pun merasakannya bukan” terang Jamil

“ iya, darimana kau tahu”

“ cattie, sudah banyak cerita kepada kami”

Setelah itu keempat sahabat tersebut diajak ke suatu tempat yang sangat indah beserta seorang bangsawan yang pernah terlihat oleh mereka dan dianggap sebagai raja dalam lingkungan itu. Tidak lama kemudian cahaya hitam datang dan membakar tempat tersebut. Tidak ada waktu lagi untuk tenang dan perang semakin terlihat sengit.

Tak lama lagi keempat sahabat kembali ke tempat semula. Seolah-olah peperangan tiada terjadi.

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community (sertakan link akun Fiksiana Community sebagai berikut ini : http://www.kompasiana.com/androgini)

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community (https://www.facebook.com/groups/175201439229892/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun