Tania lahir pada suatu pagi musim dingin, di sebuah desa kecil yang terlupakan oleh waktu. Sejak dia membuka matanya, hidupnya ditandai dengan penolakan. Tubuhnya yang cacat dan bengkok tidak seperti anak-anak lainnya. Ibunya, Lusi, memandangnya dengan cinta tanpa syarat, namun para dokter dan bidan yang merawat kelahirannya membuang muka, tidak mampu menyembunyikan kengerian yang ditimbulkan oleh kemunculannya pada mereka. Mulut-mulut membisikkan yang terburuk: "Hukuman ilahi", "Penyimpangan", "Buah kutukan".
KEMBALI KE ARTIKEL