Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Panggilan 'Papa-Mama', Tidak Islami?

19 Agustus 2011   09:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:38 5972 6

Biasanya saya tidak pernah secara intensif nonton sinema elektronik (sinetron) di televisi karena minimnya kualitas tayangan tersebutut. Tetapidi bulan Ramadhan, ada tayangan khusus, yakni sinetron Para Pencari Tuhan yang ditayangkan setiap pukul 03.00 dan 18.00 WIB di salah satu stasiun televisi swasta.

Ini sebetulnya sinetron dakwah, yang dikemas indah dengan skenario cerdas, lucu dan dengan contoh-contoh yang membumi, dan jauh dari kesan mengguruui. Setiap adegan rata-rata bermuasal dari ajaran-ajaran Islam yang ingin disampaikan.Salah satu contoh adalah episode di mana tokoh Juki mengkritisipanggilan nama suami-istri, atau cara panggil satu sama lain.

Selama ini kita kenal banyak panggilan untuk suami-istri, seperti: mama-papa, ayah-bunda, bapak-ibu, umi-abi, mami-papi, emak-abah, mas-dik, bahkan mimi-pipi dan panggilan-panggilan lain. Kelihatannya memang sangat umum dan wajar, namun ternyata ajaran Islam berkata lain.

“…panggilan papa-mama atau yang sejenisnya itu sebenarnya tidak Islami karena Nabi Muhammad SAW mencontohkan, beliau memanggil istri-istrinya dengan namanya masing-masing, seperti Aisyah, bukannya dengan nama lain. Nama istri-istrinya pun tidak mengikuti nama Rasulullah, melainkan namanya sendiri, misalnya Siti Aisyah binti Abu Bakar,” begitulah kurang lebih penjelasan Juki, salah satu tokoh Para Pencari Tuhan kepada ibu dan ayahnya dalam suatu adegan. Dari situ kita bisa pahami bahwa panggilan-panggilan di kalangan suami-istri tersebut bukan budaya Islam, melainkan lebih ke sebutan karena perkembangan peran-peran di dalam keluarga.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun