Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ikhtisar Azam

16 Agustus 2020   00:54 Diperbarui: 16 Agustus 2020   00:43 59 3
/1/
Mak,
Sekarang diri ini jauh darimu. Anakmu meniti cita di rantau. Tiada sanak keluarga memantau. Hidup mencari sebuah peruntungan untuk mengubah derajat keluarga yang sering dicap sebagai pengacau.

Mak,
Kutahu doamu senantiasa mengiringi langkah diri. Meski, kau mulai letih akan gunjingan tetangga yang iri. Melolong dirimu agar berhenti berharap akan apa yang hendak aku raih. Kau tetap sabar dengan senyum yang penuh harap kepada Ilahi.

/2/
Mak,
Kau selalu berkata kepadaku untuk menjadi anak yang sukses dunia dan akhirat. Tak mudah terperosok oleh indahnya fatamorgana sesaat. Hingga menjadikan diri ini sesat. Hilang arah bak orang dilanda sekarat.

Mak,
Kutahu usiamu tak lagi muda. Masih ada adik yang butuh tenaga ekstra untuk menaungi biaya keluarga. Walau, Bapak senantiasa menguli sepanjang jalan asa. Tetap saja, aku merasa berdosa; belum juga memberi sesuatu yang membuatmu bangga.

/3/
Mak,
Terakhir sebelum keberangkatanku ke wilayah tetangga. Kau kirimkan pesan teramat bersahaja. Sebuah kalimat bermakna sejuta jiwa.

"Kembalilah dengan raga suci dan atma yang senantiasa bertakwa kepada-Nya."

Lalu, bagaimana bisa aku berhasil tanpa ikhtisar azam di setiap malam panjangmu, Mak?

(Kedalaman Lau Dendang, 2019)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun