Mohon tunggu...
KOMENTAR
Seni

Tradisi Ngijing Makam

16 Desember 2024   17:35 Diperbarui: 17 Desember 2024   05:01 147 3
Salah satu dari aspek budaya Jawa yang lazim menonjol adalah tradisi ngijing makam yang memperkuat ikatan antara hidup dan mati. Istilah ketentuan"ngijing" yang berasal dari kata " kijing" dan berarti " batu penutup makam” digunakan sebagai "mengijing,"untuk mengungkapkan penyesalan kepada seseorang yang telah meninggal dunia. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah kematian seseorang , di mana anggota keluarga dan teman berkumpul untuk melakukan ritual yang melibatkan doa dan tahlilan. Dalam konteks ini konteks,, ngijing bukan sekadar aktivitas fisik , tetapi juga mencakup praktik spiritual yang mendalam dan menciptakan ikatan antara mereka yang masih hidup dan mereka yang telah meninggal.

Seiring berkembangnya zaman, praktik ngijing pun mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Saat ini, orang lebih cenderung membandingkan tradisi tradisional dengan ayat-ayat Al - Qur'an , yang mana menunjukkan adaptasi yang lebih mendalam terhadap prinsip untuk membandingkan adat tradisional dengan ayat-ayat Al - Qur'an . Namun demikian, tradisi ini masih dipegang teguh karena masih ditegakkan sebagai bagian dari identitas budaya Jawa, yang menggabungkan unsur-unsur kepercayaan lokal dan ajaran agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai sosial dan spiritual yang terkandung dalam tradisi ngijing serta bagaimana tradisi ini berfungsi sebagai media untuk memperkuat rasa kebersamaan dan penghormatan terhadap leluhur dalam komunitas Jawa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun