Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Selalu Berusaha Memberi, Akhirnya Saya di Sini

26 Juli 2012   11:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:35 4102 4
Dari dulu saya ingin sekali merasakan tinggal di luar negeri. Merasakan bagaimana tinggal di negara yang bahasanya seratus persen berbeda dari bahasa Indonesia, merasakan bagaimana tinggal jauh dari orang tua, memahami karakteristik orang-orang selain orang Indonesia.

Tapi problemnya adalah saya tidak punya uang dan tidak tahu bagaimana caranya agar saya bisa tinggal di sana. Mau kuliah, tapi nanggung. Saya sudah kuliah di UNISBA semester 4. Kalau ngulang lagi, sayang waktunya banyak terbuang. Akhirnya, saya cari cara dan akhirnya tanpa sengaja saya dapat info tentang homestay di Jerman. Jadi saya berkesempatan tinggal di Jerman selama satu tahun, gratis. Karena segala kebutuhan hidup saya di tanggung oleh orang tua asuh saya nanti.

Pada waktu itu, saya belum bisa bahasa Jerman dan ga berani bilang ke orang tua saya untuk membicarakan rencana saya ingin homestay di Jerman karena takut tidak di izinkan. Karena sudah dua kali saya sempat minta izin untuk mencoba beasiswa ke Jepang dan ke Amerika, tapi kelihatan jelas di mata saya bahwa orang tua saya agak berat melepas saya. Mungkin karena waktu itu saya masih baru lulus SMA. Jadi, orang tua saya agak sedikit khawatir, kalau saya sendirian di negara asing. Walaupun mereka tidak mengutarakan secara langsung kekhawatirannya dan tetap mengizinkan saya berpartisipasi di kedua beasiswa tersebut, tetap saya merasa mereka belum siap melepas saya tinggal sendiri di negara asing. Hasilnya, memang saya tidak lolos di kedua beasiswa itu. Tapi saya terus berfikir, mungkin kedua beasiswa itu bukan yang terbaik buat saya dan mungkin juga karena faktor izin orang tua yang belum rela melepas saya seratus persen.

Karena terus belum mendapatkan ide bagaimana cara membujuk orang tua saya, makin lama saya jadi agak sedikit frustasi. Di satu sisi saya ingin cepat-cepat les bahasa jerman dan ingin cepat-cepat merasakan udara di Jerman, di sisi lain izin dari kedua orang tua sayalah yang amat penting. Selama izin itu belum ada, menurut saya jalan untuk Ke Jerman belum terbuka lebar meskipun kesempatan ada di depan mata.

Karena tidak mau terlalu lama frustasi, akhirnya jalan untuk mengobati rasa frustasi saya itu adalah ikut senior saya berbagi ke anak-anak panti asuhan. Memotivasi mereka agar punya impian besar, menghibur mereka, memberi kejutan kepada anak-anak panti asuhan yang ulang tahun pada bulan itu, memberi bingkisan kecil-kecilan, nonton film bareng, dan banyak hal lagi yang lainnya yang pada akhirnya membuat saya lupa akan frustasi saya. Saya terlalu asik bermain bersama mereka dan kata-kata ibu saya selalu terngiang di telinga saya ketika saya di sana.

Ibu saya pernah bilang:

"Mbak dhira sayang, kalo kamu ketemu anak yatim piatu, usap kepalanya ya, buat mereka tersenyum, mama yakin pasti Allah ngasih berkah yang berlimpah buat kamu, sayang..."
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun