Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Ada Berapa Topeng?

16 Maret 2014   07:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 44 0
Dalam hidupnya, manusia bisa menggunakan berbagai macam topeng.
Terkadang ia memakai topeng wajah yang manis dan anggun pada kekasihnya.
Di lain waktu memakai topeng serius, galak dan angkuh terhadap lawannya,
dan memasang topeng funny di depan anak kecil. :D

Hidup dengan menggunakan beraneka macam topeng hanya menjadikan hidup ga fokus pada diri kita. Enak kalo kita jadi diri sendiri aja...

Namun terkadang hidup dengan topeng itu perlu.

Kata senior saya, Pak Carl Gustav Jung, topeng elastis itu diperlukan untuk mempermulus komunikasi kita dengan orang lain.
Nah, kita bisa tarik kesimpulan kalo topeng elastis ini terbit dari ketulusan hati kita! :)

Bicara mengenai topeng elastis, ada fragmen indah yang bisa kita pelajari dari orang yang paling kita kagumi, Nabi Muhammad SAW.

Kekasih Allah tak segan-segan tidur di pangkuan Abu Bakar.
Beliau bermanja-manja karena dengan begitu Abu Bakar dapat merasa nyaman berada di dekatnya.
Lain halnya apabila Umar tiba-tiba datang.
Ia akan berubah menjadi tegas, tegap, dan mantap sesuai dengan pribadi Umar.
Beliau melakukan ini karena ia sangat memahami, Umar pasti akan sulit menerima jika melihat Rasul bermanja-manja di pangkuan Abu Bakar.
Dan di depan Umar, Rasul tidak terlalu memperlihatkan penampilannya karena Umar tidak mempermasalahkan hal itu.
Tapi di depan Utsman yang pemalu, Rasul pasti akan berpakaian rapi..

Betapa indah rasanya membuat orang merasa nyaman berada di dekat kita seperti yang telah dilakukan nabi kita Muhammad SAW..

Kita juga bisa meniru topeng yang nyaman itu :D
Contohnya, kita ga bisa ngomong sama preman pasar dengan gaya yang biasa kita gunakan ke anak masjid. Mereka ga akan ngerti. Begitu juga sebaliknya, di kalangan anak masjid kita ga bisa ngomong dengan bahasa preman. Yang ada kita malah diusir dari masjid.

Yang penting kita memakai topeng elastis yang muncul dari ketulusan hati, bukan seperti para penjilat yang memakai topeng kaku yang muncul atas kepalsuan hati.

Jangan membangun tali pertemanan kalo kita ga ikhlas mengeluarkan energi yang lebih besar drpd yg lain.
Jangan pernah menuntut orang lain untuk memahami kita.
Ini merupakan sebuah konsekuensi.
Tapi juga sebuah honour yang ga akan bisa diukur materi.
Apalagi kalo honournya datang dari Sang Maha Pemberi, Allah Rabbul Izzati.. :)

hebat!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun