Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Oknum Gak Jelas Menjadi Guru, Salah Siapa?

8 Januari 2013   01:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:23 186 1





Seorang guru agama Islam disekolah saya dulu pernah menjelaskan bahwa perbuatan baik orang yang beragama selain Islam tidak dihitung sebagai amalan ibadah dan tidak mendapat pahala, penjelasan ini sudah 2 tahun berlalu tetapi saya masih benar hafal karena saya merasa ada yang kurang tepat pada penjelasan tersebut, bahkan dia menjelaskan tanpa dalil maupun periwayatan kisah. Bukankah itu hal yang tidak adil jika Tuhan melakukan hal yang demikian. Jadi, secara tidak langsung dia menyebutkan Tuhan tidak adil kepada umat agama selain Islam. Padahal dalam Al-Quran pada Surah Al-Baqarah ayat 62 dijelaskan :

62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[57], hari kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Terjemahan,AL-BAQARAH:62)


[56]. Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.

[57]. Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.

[58]. Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.

Padahal ayat 62 dari Surah Al-Baqarah sangat jelas menerangkan siapapun yang benar-benar beriman kepada Allah, maka perbuatan baik mereka tetaplah mendapat pahala, tetapi fakta yang ada banyak sekali ulama Islam serta orang yang beragama Islam yang sombong menganggap umat agama lain tak mendapatkan pahala dan mengkafirkan mereka yang tak beragama Islam.

Orang-orang seperti itu saya jumpai dimasa sekolah saya dulu, mereka menjadi seorang guru dan sering memberikan pemahaman yang kaku mengenai Islam serta mereka juga memberikan benih-benih anti toleransi terhadap agama lain, bahkan kadang mengucilkan ras tertentu melalui celotehannya kepada murid-murid didiknya yang masih perlu dibimbing. Padahal diantara mereka bukanlah seorang guru agama. Jika kita analisa, orang seperti mereka memberikan pemahaman seperti itu bukan hanya sekadar tidak ada tujuannya, melainkan mereka bertujuan mengkakukan Islam serta menimbulkan antar umat beragama dan ras, sasaran yang mudah diberikan pemahaman itu adalah ABG, anak-anak yang labil yang mudah untuk dipengaruhi. Entah orang-orang yang bertujuan tersebut terorganisir atau tidak, namun yang pasti harus ada tindakan selektif yang ketat dalam memilih guru serta seharusnya ada pengawasan dalam kegiatan belajar mengajar agar pihak sekolah tahu mana guru yang pantas disebut guru atau hanya oknum atau individu yang memiliki tujuan tertentu yang menyelundup masuk didunia pendidikan yang berperan sebagai guru. Bukan hanya sertifikasi guru saja yang dikedepankan dalam memenuhi kualitas guru yang layak, DEPDIKNAS cabang Surabaya juga harus bertindak mengenai hal ini jangan cuma bisa menghitung anggaran dana pendidikan yang bisa masuk kantong pribadi sebab kualitas pendidikan dikota tersebut masih harus dibenahi.



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun