Lelaki itu seorang dokter muda tamatan Universitas Indonesia yang telah menghabiskan 3 tahun waktu prakteknya di Pulau Tomia, salah satu pulau dari Gugusan kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara. Karena kecintaannya kepada dunia bawah laut, kurang lebih satu setengah tahun yang lalu, dengan bermodalkan tabungan hasil praktek kerjanya di Wakatobi, dia nekat membuka usaha di bidang diving. Nekat karena sebelumnya dia tidak memiliki pengalaman sama sekali dibidang ini dan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini tidak terbilang kecil.
Wakatobi adalah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar masing-masing: Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Saat ini menuju Wakatobi dapat menggunakan angkutan udara langsung dari Ujungpandang dengan menggunakan maskapai Express Air dan Merpati. Bandar udara terletak di Pulau Wangi-wangi yang terletak kurang lebih 15 menit berkendaraan mobil dari pusat kota. Pulau terdekat dari pusat kota Wakatobi adalah pulau Kaledupa yang dapat ditempuh sekitar 1 jam menggunakan perahu umum.
Kegiatan Diving di Wakatobi berasal dari Kaledupa, tepatnya di pulau kecil yang bernama Hoga berpuluh tahun yang lalu. Kalau sekarang Diving di Wakatobi menjadi terkenal, itu tidak terlepas dari kegiatan menyelam di pulau Hoga. Selanjutnya, pulau terjauh nomor dua adalah Tomia. Karena lokasinya relatif baru di explore, konon Lokasi Dive di Tomia saat ini adalah yang terbaik di gugusan Wakatobi. Hal ini tidak lepas dari promosi salah satu dive operator besar yang bermarkas di Pulau Tomia. Dive operator tersebut  membawa tamu-tamunya dari Bali menuju ke Wakatobi dengan menggunakan pesawat.
Sedang pulau besar yang paling jauh adalah Pulau Binongko yang dapat ditempuh menggunakan kapal angkutan umum kurang lebih 4 jam dari Pulau Wangi2. Di Pulau Binongko dulu banyak pengrajin besi yang membuat parang, tombak dan perkakas logam lainnya sehingga gugusan kepulauan ini dikenal dengan nama  Pulau Tukang Besi.
Pulau Tomia, tempat dimana lelaki itu tinggal dapat ditempuh dengan kapal sedang dalam waktu 3 jam lebih. Wakatobi beribu kota di Pulau Wangi-wangi atau dikenal pula dengan nama Wanci. Selain Bandara Wakatobi yang terdapat di pulau Wangi-wangi, sebenarnya di Pulau Tomia pun ada bandara kecil, tetapi milik perusahaan perusahaan dive resort milik asing yang digunakan untuk mengangkut tamu mereka dari dan keluar Wakatobi, dive operator ini yang sangat terkenal dan selalu fully booked meski tarif yang ditawarkan sangat mahal.
Pemandangan Laut di Pulau Tomia
Keinginan membuka dive operator oleh sang dokter muncul selain karena hobi dan juga keinginan membuka dive operator alternatif yang lebih murah buat penyelam yang ingin menyelam di Pulau Tomia. Tidak semua bisa mengeluarkan biaya menggunakan jasa dive operator asing tersebut. Dive operator milik si dokter adalah sebuah dive operator alternatif dengan harga yang masuk akal, makanan yang enak, tempat menginap yang nyaman, meski peralatannya tidak banyak, tetapi relatif baru dan sebagai bonus apabila kita sakit atau mengalami kecelakaan kita tidak perlu khawatir karena pemiliknya adalah seorang dokter.
Gambar Kamar hotel terbaik di Pulau Tomia
Sejauh ini usahanya berjalan dengan baik, tamu selalu saja ada meski promosi yang dilakukan baru sebatas informasi melalui website dan mulut ke mulut. Untuk penginapan, dia bekerja sama dengan warga setempat, demikian juga untuk kapten kapal dan seorang pekekerja kapal, dia menggunakan tenaga lokal. Lelaki yang sekarang menjadi sahabat ku itu bernama : dokter Tri Yudi. Apresiasi dan dukungan layak diberikan kepada dokter muda ini ! Karena seperti kita sama-sama ketahui, lebih dari 50 persen pemiliki dive center di Indonesia adalah orang asing dengan modal yang kuat, tidak saja mereka memiliki resort dan kapal yang bagus, bahkan ada yang memiliki pesawat seperti salah satu Dive Resort yang juga berada di pulau Tomia. Dokter Yudi adalah anomali.
Ikan di bawah air Pulau Tomia
Taman Laut di Pulau Tomia