Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Sekarang Saya Tahu Kenapa Jalan Gatsu Dibiarkan Rusak

18 November 2011   06:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:31 250 0
Bersamaan dengan pembangunan hotel di dalam komplek Bandung Super Mall (BSM), ruas jalan Gatot Subroto Bandung mengalami kerusakan berat dan cenderug berbahaya. Awalnya, jalan menjadi bergelombang. Kemudian terjadi perlubangan jalan yang cukup dalam di ruasjGatot Subroto dari arah Gumuruh sampai perempatan lingkar selatan. Saya sempat jengkel dan menulis uneg-uneg di rubrik pembaca harian lokal. Jalan mulai dbenrkan alakadarnya dengan menuangkan sebagian semen proyek ke badan jalan yang berlubang dan yang kandas mencekung cukup dalam karena dilalui kendaraan berat. Keadaan jalan tidak mulus, namun cukup untuk menghindari kecelakaan yang fatal.

Sebulan terakhir, bersamaan dengan musim hujan yang serta-merta menderas, ruas jalan yang rusak berat itu mulai dipermulus. Tidak hanya sekedar ditambal melainkan dilalapis baru sehingga menjadi mulus. Bersamaan dengan itu saya melihat lalu lalang kuli di depan rumahku mulai sepi. Dan kulihat pula pengerjaan bangunan hotel dengan dua bangunan tower, yang masing-masing mencapai 23 lantai memasuki masa finishing. Tidak ada lagi lalu lalang kendaraan berat, tidak ada keriuhan mesin-mesin alat bantu kontruksi (entah apa namanya), dan tidak ada lagi suara benturan benda-benda yang selalu membising saat malam.

Ternyata, keadaan jalan selama ini dibiarkan memburuk karena tidak ada gunanya diperbaiki selama masih dilalui kendaraan berat pengangkut barang-barang material proyek pembangunan hotel. Dahulu ruas jalan Gatsu yang saya sebutkan itu selalu mulus tak pernah bopeng. Ruas jalan Gatsu adalah daerah yang sering dilalui para petinggi karena disana ada Seskoad dan jalan tersebut ke arah Timur bermuara ke Pindad, salah satu industri strategis yang sering ditinjau para pejabat. Sedangkan ke arah Barat, bermuara langsung ke pusat Kota, yakni Jl. Asia Afrika sampai ke alun-alun.

Keadaan mulai tenang dari kebisingan, dan jalan mulai ditangani. Tidak hanya jalan utama yakni jalan Gatot Subroto, bahkan jalan ke dalam pemukiman penduduk pun tak luput dari sentuhan proyek perbaikan jalan ini.

Melihat keadaan ini, saya jadi teringat keadaan di jl. Braga Bandung yang telah lebih dua tahun dibiarkan rusak. Mungkin hal ini disebabkan masih adanya kegiatan pembangunan sebuah hotel disana dan lalu lalang kendaraan berat masih berlangsung. Dibanding warga di sekitar braga, warga di sekitar Gatsu masih lebih beruntung. Karena pekerjaan hotel yang di braga relatif lama, sedangkan pembangunan hotel yang di BSM lebih cepat karena pengerjaannya berlangsung siang dan malam.

Dua hal yang saya khawatirkan dari pengerjaan jalan ini. Pertama, karena pengerjaannya bertepatan dengan musim hujan, saya khawatir perbaikan ini tidak bertahan lama. Kekawatiran yang kedua adalah adanya duplikasi anggaran. Perbaikan jalan ini bisa saja menjadi tanggungjawab pemilik proyek hotel, akan tetapi pihak-pihak di Bina Marga tetap saja mencantumkannya dalam APBN/APBN sementara dana yang dititipkan oleh pemilik proyek dijadikan bancakan oleh oknum. Semoga saja tidak demikian.

Ini sepenggal kisah, bahwa setiap kemajuan meninggalkan jejak masalah. Namun kalau kita bisa melihat lebih jauh ke depan, kita bisa mengesampingkan masalah. Ini pun kalau kemajuan itu berlangsung normal sesuai rencana dan tidak dibajak oleh oknum-oknum penguasa yang hanya mementingkan keuntungan pribadi dan kroninya dalam kemajuan itu. Jika setiap kemajuan dibajak oleh oknum penguasa maka rakya sekitar adalah pihak yang paling berkorban, sebagaimana halnya terjadi dalam proyek-proyek besar pertambangan. Bercermin dari kisah ini, saya jadi agak memahami betapa beratnya penderitaan orang-orang (rakyat) diekitar pertambangan, terlebih kalau pemerintahnya tak peduli dengan nasib mereka.

Salam Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun