Konflik di Tanjungbalai pada 2016 dipicu oleh protes terhadap suara azan yang menyebabkan ketegangan antara warga Muslim dan etnis Tionghoa, berujung pada pengerusakan tempat ibadah. Media sosial turut menyebarkan berita provokatif yang memperburuk situasi, sementara kesenjangan sosial ekonomi dan ketidakpuasan terhadap dominasi ekonomi etnis Tionghoa menambah ketegangan. Kerusuhan mengakibatkan kerusakan pada wihara dan kelenteng dengan kerugian ratusan juta rupiah. Hubungan antar etnis menjadi tegang, menciptakan curiga dan kebencian, serta trauma bagi masyarakat. Namun, konflik ini juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya perdamaian dan integrasi sosial. Pemerintah mengadakan dialog dan mediasi dengan pemimpin agama untuk meredakan ketegangan, serta meluncurkan program pemberdayaan ekonomi untuk mengatasi kesenjangan sosial ekonomi dan mencegah konflik di masa depan.Â
KEMBALI KE ARTIKEL