sepanjang pengetahuan saya, siswa kelas 12 / 3 SMA itu ada Ujian Sekolah (US), Ujian Praktik (UP) dan Ujian Nasional (UN) dengan presentase 40% nilai US dan 60% nilai UN sebagai komponen penyusun nilai akhir (di ijazah SMA saya), nggak kebayang kan ribetnya. Belom lagi akhir-akhir ini dunia per-UN-an sedang diujung tanduk.
Hal ini membuat saya terus berfikir, *kembali ke pertanyaan awal* KENAPA HARUS ADA UJIAN NASIONAL, PAK MENTERI? ; padahal kalo di renungi kembali hasil UN itu TIDAK dijadikan sebagai TOLAK UKUR seseorang BISA LOLOS SELEKSI PERGURUAN TINGGI atau TIDAK kan? Nah, kalo sekarang saya boleh ngomong nih, kenapa enggak kurikulum pendidikan di Indonesia tercinta ini kembali di-revisi, sasarannya : 1. HAPUSKAN UN ; 2. target pembelajaran adalam membuat siswa LOLOS SELEKSI PERGURUAN TINGGI
Secara, kalo dikalkulasikan, anggaran untuk UN yang bejibun itu bisa dipangkas dan di efisienkan bila digunakan untuk menyusun kurikulum baru yang menargetkan siswa lulusan SMA mampu untuk LOLOS dalam SELEKSI PERGURUAN TINGGI bukan HANYA SEKEDAR LULUS SMA saja.
Yah, sekedar memberi opini saja sih, maaf kalo masih acakadut, toh tujuannya kan menyuarakan aspirasi teman seperjuangan dan senasib. Hehe, sebetulnya ironis loh, anggaran pendidikan tinggi, jumlah institusi pendidikan banyak, tapi ...penyelewengan dana anggaran juga gak kalah tinggi *ups*, efisiensi kurikulum hmm kurang efisien, ya nggak sih? -@nabilafkar, smg, 2013