Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Jawanisasi Pemilu 2014

18 April 2014   01:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32 70 0
Indonesia bukan milik orang Jawa, namun banyak istilah Jawa yang mewarnai hiruk pikuk pemilu kali ini. Berawal dari hashtag (#akurapopo) yang diidentikkan dengan salah satu tokoh yang maju capres. Sebut saja Jokowi atau timses/simpatisan Jokowi yang seolah-olah dibuat alami bahwa Jokowi ini diserang. Sehingga Jokowi menanggapi penyerangannya dengan akurapopo. Akurapopo ini sangat booming sekali yang dapat dijumpai dimanapun.

Akurapopo ini berasal dari bahasa Jawa kasar terdiri dari tiga kata, Aku ora apa-apa (dibaca aku ora opo-opo) yang berati Saya tidak apa-apa. Tingkatan bahasa Jawa secara garis besar ada tiga tingkatan seperti ngoko (tingkatan rendah), madya (tengah) dan krama (tinggi). Ucapan akurapopo ini masuk tingkatan bahasa Ngoko yang berarti kasar atau terendah. Kalau bahasa krama (kromo) nya bisa diganti dengan kula boten punapa-napa. Jika kata yang keluar dari mulut Jokowi pakai bahasa Jawa pasti lebih bijak, karena memakai bahasa Jawa halus bukan jawa Kasar.

Jawanisasi selanjutnya adalah keluarnya puisu Raisopopo oleh Fadli Zon yang artinya tidak bisa apa-apa. Raisopopo ini terdiri dari tiga kata juga ora bisa apa-apa (dibaca ora biso opo-opo), yang juga memakai bahasa Jawa kasar.

Jawanisasi juga pernah dilakukan pada masa presiden Soeharto dengan penetapan-penetapan yang berkiblat pada pulau Jawa. Padahal negara Indonesia dihuni oleh banyak suku, etnis, golongan dan lain-lain. Baik jawanisasi kasar maupun halus tetap saja kesannya negatif, apalagi yang menyebar jawanisasi sekarang adalah jawanisasi kasar.

Padahal pemilu kali ini bukan hanya orang Jawa saja, dan orang diluar Jawa pun akhirnya terpaksa harus mencari tau (memahami). Hal ini tentu menyulitkan pemahaman selain orang Jawa. Seharusnya di tataran nasional ini tidak boleh dipengaruhi unsur kedaerahan yang bisa menghilangkan unsur kedaerahan lain.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun