Bukan hanya uang, permusuhan pun adalah kekayaan baru. Saat kawin paksa yang tak ada cinta sebelumnya, demi menuntaskan syahwat, ya tak apalah. Tak tebayang si A masuk partai X, karena tak ada logika yang menyatukannya. Demi menuntas dendam, tak apalah. Tak terpikirkan sebelumnya partai Y dan Partai Z bisa berkoalisi dan sempat bermusuhan di masa lalu, kini berpacaran dan menuju KUA untuk mengesahkan hubungannya. Semua mata terbelalak karena aneh tapi nyata, ajaib abrakadabra. Kok begitu relanya kawin paksa tanpa lagi berpegang pada logika apalagi ideologi. Katanya "demi bangsa" padahal demi kuasa dan uang semata.
Jika politik sudah begini, rasanya semua partai sama. Mereka anti dinasti padahal politikus mana yang tak berdinasti? Katanya mengkritik MK, saat MK memenangkan maunya, dia diam dan memanfaatkan dengan seribu jurus untuk mencari peluang. Katanya sangat Islami, tapi mereka menjual agama untuk sekedar mencuri suara jelata. Katanya untuk membangun bangsa, nyatanya hanya bungkus untuk mengepul asa membobol APBN tanpa rasa dosa. Lantas, untuk apa Pilkada jika jalan lurusnya hanya imajinasi penuh jebakan. Untuk apa ada partai politik jika suara hanya berguna bagi perut buncit penjaja onani kuasa. Untuk apa ada mereka, jika hadirnya tak mengubah apa-apa. Untuk apa Kawin paksa demi syahwat mereka, jika beranak pinak kita akan menderita sepanjang masa.