Sejak saya menyukai dan menonton pertandingan bola voli langsung di arena, sejak saat itu juga saya selalu melihat Pak Awi. Beliau yang sudah tidak lagi muda tetap bersemangat memotret momen yang terjadi selama pertandingan. Hasil jepretannya tidak dihargai tinggi, hanya sekitar lima sampai delapan ribu rupiah meski tak sedikit pula ada yang memberikan lebih. Selain event voli saya juga sering melihat beliau hadir di event bola basket, dia dan kameranya seperti tidak bisa dipisahkan dari event olahraga.
Saya sendiri tidak terlalu mengenal beliau ataupun pernah jadi objek fotonya, mungkin karena saat menonton pertandingan saya lebih sering berada dibagian tribun atas jadi jauh dari bidikan kameranya, tapi saya ingat pertemuan kami di Grandfinal Proliga 2015 Yogyakarta, 19 April lalu. Beliau datang menghampiri meja saya dan mengambil kotak makan yang kebetulan tepat berada didepan saya. Saat itu saya tidak pernah berpikir jika itu akan menjadi pertemuan terakhir kami.
Sore ini, disela-sela pekerjaan kantor saya memantau hasil pertandingan kompetisi bola voli antar mahasiswa yang diselenggarakan salah satu universitas negeri di Bandung via twitter dan disaat yang sama sebuah tweet dari salah satu wartawan yang biasa meliput event voli membuat saya terhenyak.
Innalillahi wa innaillahi rojiun...Pak Awi meninggal dunia sore ini karena tertabrak kereta didekat stasiun Palmerah. Pak Awi yang berniat untuk menyebrang tidak menyadari jika ada kereta barang dari arah yang berlawanan akan melintas, beliau tertabrak dan terseret lebih dari 10 km. (sumber)
Tak lama setelahnya ucapan belasungkawa juga mengalir dari beberapa pemain voli juga teman-teman volimania yang memang sudah sangat tidak asing dengan sosok beliau. Meski sebagian besar dari kami tidak mengenal baik Pak Awi tapi banyak yang terkejut dan turut sedih atas kepergian beliau.
Tidak akan ada lagi Pak Awi yang selalu hadir dengan kamera kunonya. Tidak akan ada lagi Pak Awi yang tak sungkan menunjukan hasil fotonya untuk ditukar dengan sedikit rupiah. Pak Awi memang memiliki keterbatasan karena tidak bisa bicara (tuna wicara), tapi semangatnya untuk memotret menjadi inspirasi bagi siapapun yang pernah mengenal atau sekedar melihatnya.
Selamat jalan Pak Awi, semoga engkau tenang dan mendapatkan tempat yang terbaik disisi-Nya. Hasil jepretanmu lebih dari sekedar kumpulan kata indah yang akan kami ingat selalu.