Oleh: Mochamad Yusuf*
Hal ini tidak mungkin bisa saya lakukan saat di rumah. Apalagi saya tinggal di perkampungan yang padat. Langit hampir tak pernah terlihat dengan jelas. Lampu-lampu yang menyala terang karena rumah berdekatan, membuat langit tidak tampak hitam sempurna.
Bahkan saat di KRI Langsa dalam perjalanan pulang dari Semarang ke Surabaya, kita yang tidur di atas dek bisa langsung melihat langit. Sambil memeluk senjata serbu M16 buatan Amerika, kita berbincang dengan teman sambil sekali-kali membahas bintang dan kumpulannya (rasi).
Saat malam hari apalagi sudah larut malam, di kapal perang itu tidak ada suara buatan yang terdengar di telinga saya. Hanya suara angin dan lamat-lamat suara terpecahnya ombak oleh haluan kapal. Lalu saat kepala menengadahkan ke atas, saya menjerit kecil. "Betapa luar biasanya dunia ini." Sungguh sangat luas dunia dan alam semesta ini.
Saya beranikan diri bergaya ala Jack Dawson di Titanic. Kesempatan itu datang saat naik kapal penumpang militer KRI Tanjung Oisina. Menaiki pagar di haluan kapal saya lemparkan tangan ke kanan-kiri sejauh mungkin. Tubuh saya membentuk salib. Mata saya pejamkan dan merasakan angin yang lewat. Saya tertawa puas, dan bergantian dengan teman lain dengan gaya ala Titanic ini.
Tapi ada kesan lebih menarik daripada gaya Titanic itu. Ini tidak ada di film. Mungkin bagus kalau difilmkan. Hehehe. Saat di haluan, saya jatuhkan pandangan ke bawah. Ombak dihantam haluan kapal menjadi pecah dan beberapa terpecik ke badan kapal. Saat itu, tampak seperti lampu-lampu kecil berpijar yang menyala terus padam. Kelap-kelip bagaikan kunang-kunang di dalam air.
Teman-teman AAL (Taruna Angkatan Laut) menjelaskan itu adalah plankton-plankton yang ditabrak dan memancarkan cahaya. Wuuih, keren... Ini bisa terjadi karena saya mau mengamati dan iseng untuk jalan ke haluan kapal. Saya bisa saja diam di dalam kapal sambil mengobrol dengan teman-teman. Tapi kalau itu saya lakukan, saya tidak dapat melihat luasnya angkasa dan indahnya lautan.
Dalam kitab suci, kita sering ditantang oleh Tuhan untuk mengamati alam sekitar. "Tidakkah kau perhatikan? Tidakkah kau amati? Tidakkah kau memikirkan?" Dan seterusnya.
Dengan menagamati alam sekitarnya, kita bisa memahami betapa besar dan kuasanya Tuhan pencipta alam. Tanpa banyak memperhatikan hal ini, kita tidak akan sadar secara sesungguhnya betapa besar alam semesta ini. Dan begitu tahu betapa besarnya alam semesta ini, maka jadi sadar begitu besarnya Tuhan sang pencipta.
Kita sekarang malah asyik mengamati layar TV, layar ponsel, layar tablet, layar komputer dan barang-barang ciptaan manusia lainnya. Meluangkan waktu untuk melihat langit adalah tantangan. Apalagi langit di kota yang tak benar-benar kelam. Karena itu kalau ada kesempatan, kita luangkan untuk melihat langit.
Melihat langit adalah salah satu menjawab tantangan Tuhan. Anda pernah menerima tantangan ini? [PURI, 26/9/2012 siang]
~~~
Tidak seperti serial tulisan saya lainnya, serial "Kolang-Kaling" ini adalah tulisan saya yang warna-warni. Tidak ada benar merah tema yang diusung. Yang jelas ada keinginan menulis, maka tulisan serial ini ada. Hehehe. Anda bisa membaca tulisan saya pada serial-serial yang serius di http://enerlife.web.id
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik tentang IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, "Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA". Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .