Keputusan Presiden SBY untuk membentuk Satgas Penanganan Krisis Mesir pada tanggal 31 Januari 2011 merupakan sebuah keputusan tepat ditengah kondisi dan situasi keamanan di Mesir, khususnya di Cairo dan Alexandria, telah memasuki tahap siaga 1 atau
code-red dengan indikasi demonstran sudah menunjukkan tanda-tanda tidak terkendali, bahkan oleh militer sekalipun. Penunjukan Nur Hasan Wirajuda merupakan pilihan tepat berkat pengalaman beliau sebagai Dubes LBBP RI di Cairo dan Menteri Luar Negeri. Sedangkan wakilnya, Marsekal Madya TNI Sukirno yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Staf TNI AU, juga merupakan figur tepat karena beliau adalah seorang penerbang angkut di Skadron Udara 17/VIP Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta. Satgas juga diperkuat oleh berbagai unsur lintas kementerian yang terkait langsung dalam proses evakuasi WNI di Mesir. Lantas bagaimana skenario yang tepat dalam sebuah operasi angkutan udara evakuasi dilaksanakan?. Apakah efektif mengerahkan pesawat Garuda Indonesia tipe Boeing 747 dengan rute Jakarta-Cairo-Jakarta?. Penulis mencoba menawarkan solusi yang mungkin efektif dilakukan dalam penanganan/evakuasi WNI keluar dari Mesir secepatnya. Saat ini, dari data yang dirilis oleh KBRI di Cairo, diperkiraan WNI yang berada di Mesir sekitar 6000 orang. Mereka sebagian besar adalah mahasiswa yang menuntut ilmu di Mesir, pekerja profesional dan lain-lain. Mereka ada yang tinggal bersama keluarga, namun sebagian besar tidak. Mereka pada umumnya bukan tidak memiliki uang untuk kembali ke tanah air, namun penerbangan yang tersedia sangat minim karena sebagian besar menghentikan operasi terkait dengan situasi keamanan yang tidak menentu di Cairo. Bandara Cairo saat ini masih aman, namun tidak menutup kemungkinan akan lumpuh jika dikuasai oleh para demonstran yang bertindak anarkis. Untuk kepentingan tersebut dibutuhkan rencana antisipatif jika hal tersebut terjadi.
KEMBALI KE ARTIKEL