Napak tilas lagi, memungut serpihan-serpihan kisah yang lewat, menyisakan rasa manis dan pahit. Seperti pasir yang lembut dan lembab, menguarkan uap air yang dingin. Membekukan hati ini seketika juga mengiris pedih dengan kasar. Mengingat pengkhianatan yang kau lakukan, menyesapkan pedih yang kau toreh setiap waktu, mati itu terasa menjadi hari-hari. Dan, membuka lagi setiap awal hari yang menjadikanku mengenalmu. Dan, pengkhianatanmu menjadi keindahan yang sakit buatku. Dan, pengkhianatnmu membuatku sakit merasakan keindahan. Lalu, aku berpendar dalam indah yang kau hembuskan tanpa lelah.
KEMBALI KE ARTIKEL