Meskipun telah berpuluh tahun berlalu, komposisi musik yang tetap memukau, suara penyanyi yang merdu, serta makna yang terkandung dalam liriknya masih relevan hingga saat ini, bahkan untuk tahun-tahun yang akan datang.
Dalam tulisan ini, akan diulas dan digali makna dari salah satu lagu pop daerah Manggarai, karya Makarius Arus, yang berjudul "Oe Nendong."
Berikut adalah lirik lagu "Oe Nendong," dengan perkiraan terjemahan pribadi. Jadi ini mungkin rentan akan kesalahan.
Oe e Nendong... De ngo'o keta taung Nendong e ata dian. 2X
Rame tapa tete sale Leleng, e Leleng lelo diang cesua. 2X
Neka emong keta tawa HAHA
Asa kaba ulu paca o jangka koe 2X
Eme nuk naram weta ge ta lako cama weta ge
Ole Lemas e Lemas e sale wae yo.
Ole Lemas e Lemas e sale wae yo Lemas e ei yo ta lako cama diang ge.
Oe e Nendong... De ngo'o keta taung Nendong e ata dian. 2X
Rame tapa tete sale Leleng, e Leleng lelon diang cesua. 2X
Neka emong keta awit agu anak dami
Asa japj reme kawing o jangka koe 2X
Eme nuk aku enu e ta lako kaut enu e
Ole Lemas e Lemas e sale wae yo.
Ole Lemas e Lemas e sale wae yo Lemas e ei yo ta lako cama diang ge.
Saat mendengarkan lagu ini, muncul tiga pertanyaan besar: Siapa sih sebenarnya Nendong yang dimaksud oleh pengarang, Makarius Arus? Siapa Lemas dalam lagu "Oe Nendong"? Dan apa pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam lagu tersebut?
Tentu saja lagu ini sangat terkait dengan pikiran dan perasaan sang pengarang sendiri. Oleh karena itu, cukup sulit untuk memastikan sepenuhnya pesan dan makna yang ingin disampaikan.
Namun, kita akan mencoba memahami maksud dari setiap bait dalam liriknya.
* "Oe e Nendong... De ngo'o keta taung Nendong e ata dian.
Rame tapa tete sale Leleng, e Leleng lelo diang cesua".
Dalam bait ini, Nendong itu adalah kita ( pendengar , masyarakat Manggarai). Disini, pengarang memberikan nasihat dan saran bahwa kita sebagai manusia sebaiknya mengikuti ajaran ini ( terkait dengan adat dan budaya Manggarai). Atau kira - kira pengarang ingin menekankan bagi kita bahwa beginilah sebaiknya kita sebagai manusia. Ini bisa kita lihat dalam bait selanjutnya.
" Neka emong keta tawa HAHA agu anak data....
(Jangan dengan enteng tertawa haha dengan anak ( gadis orang)
Asa kaba ulu paca o jangka koe! ".
(Sudakah memiliki hewan peliharaan, kerbau atau sapi?).
Fyi aja, dalam adat dan budaya Manggarai, ada yang namanya belis. Singkatnya, belis ini perlu disiapkan oleh seorang pria yang mau menkikah. Zaman dulu, hewan peliharaan seperti kerbau atau sapi lazim digunakan untuk menggantikan uang sebagai belis.
Ini juga dipertegas dalam bait yang lain.
"Neka emong keta awit agu anak dami
Asa japj reme kawing o jangka koe".
Kurang lebih, artinya seperti pada bait sebelumnya. Hanya saja disini pengarang lebih serius ( Japi reme kawing). Japi reme kawing berarti sapi yang akan beranak karena sedang kawin. Mau menekankan bahwa belis itu tidak murah. Jadi harus benar benar disiapkan secara serius.
Bagimana dengan Lemas pada bait yang lain?
"Eme nuk naram weta ge ta lako cama weta ge
Ole Lemas e Lemas e sale wae yo.
Ole Lemas e Lemas e sale wae yo Lemas e ei yo ta lako cama diang ge".
Lemas adalah tokoh afeksi ( based on my pov) yang digunakan pengarang untuk menggambarkan dirinya sendiri yang memang, beliau adalah seorang dengan keterbatasan fisik ( tidak bisa melihat).
Pengarang seolah pasrah pada kenyataan bahwa gadis yang dicintainya mungkin akan menolaknya karena keterbatasan fisik yang dimilikinya.
Lewat bait ini, pengarang juga sebenarnya ingin menyampaikan pesan agar kita lebih mengenali diri sendiri dan menerima kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Juga, untuk mencintai dengan tulus tanpa memandang rupa.
Pada akhirnya, mungkin kita akan sama - sama sepakat bahwa, Nendong itu adalah kita, yang diingatkan oleh pengarang untuk menghargai adat, budaya, dan menjadi pribadi bertanggung jawab, mencintai dengan tulus, serta mampu menciptakan kebahagiaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Sebagai pelengkap dalam memahami makana dan pesan dalam lagu Manggarai "Oe Nendong" dan pengaruh seni musik pada kehidupan, penting bagi kita untuk mengakui bahwa seni musik memang memiliki kekuatan yang mendalam untuk menginspirasi dan menyatukan masyarakat.