(1)
“Ya percintaan yang menggelora, dari penuh gairah seks --- lantas menikmati spiritulitas percintaan”.
(2)
“Mas setelah kamu pensiun kita menikah ya ?”.Mereka bergandengan srimbit, terasa asyik benar merasa tangan wanita itu dalam kepitan tangannya. Mereka berjalan menyeberangi Jalan Sabang yang hiruk pikukmenjelang jam makan siang.
Terkadang mereka berhenti, saling memandang, saling melempar senyum.
(3)
Mereka sengaja memilih restoran yang tidak begitu ramai --- yang setiap kalimat cinta terucapkan --- diselingi saling memandang, lantas melakukan perenungan.
Banyak hal yang dapat diendapkan di releksikan.
“Saya telah memutuskan mengajukan gugatan cerai !”. si Pria memandang tepat di wajah dan kedua mata kekasihnya. Mereka tersenyum, lantas melakukansentuhan, dan jemari mereka menjalin --- sentuhan itu diresapi.
Jalan Thamrin hiruk pikuk, Jalan Sudirman pun hiruk pikuk, Jalan Sabang pun hiruk pikuk --- manusia berbaris-baris bergegas. Ada di beberapa simpul jalan terjadi sendatan.
Manusia ada kalanya bersenggolan --- mereka yang terlibat percintaan, mereka menikmati tiap sentuhan kedekatan. Berbisik-bisik ceria.
Tawa berderai. !
Sang Wanita diantar sampai ke pintu taksi --- ia akan kembali ke hotelnya.
“Ada kesempatan ke Bandung ya”.
Sekilas ia melihat paha wanita itu ketika menempati jok kabin --- pandangan sekilas itu selalu mengingatkannya pada adegan Ken Dedes dan Ken Arok.
Sir .
(4)
“Cinta tidak harus memiliki ……………..”, begitu sepotong lirik lagu yang pernah dilantunkan Emilia Contessa. Kata-kata itu diucapkannya suatu saat di Cirebon.
Sang lelaki itu ingat itu --- waktu itu sang wanita mengucapkan dengan uraian air mata.
Ada momen-monen cinta itu terungkap begitu indah --- biar pun Sang wanita itu nikah kembali dengan lelaki lain --- ia tidak bisa melupakan percintaannya dengan lelaki yang tidak bisa dinikahinya ini.
Ada 2 benda kesayangannya dari lelaki itu --- satu, parfum dengan aroma yang sangat lembut mengesankan, jarang ia memakainya --- sampai kini isi botol itu masih cukup, seperti tidak bisa habis --- seperti percintaannya tidak habis-habisnya dengan lelaki itu.
Parfum itu sebagai kenangan, ketika kebetulan sekali lelaki itu sedang dinas di Bandung, sementara ia mengalami operasi kecil di lambung.
Satu benda lainnya --- ketika lelaki itu dinas ke Pekalongan, ia mengirimkan sepotong batik dengan motif baru --- motif hutan kehijauan.
Kedua benda itu sudah belasan tahun disimpannya. Kadang-kadang kenangan indah itu menjadi sisi kebahagiaan hidup mereka.
Mereka selalu mengkhayalkan keindahan dan kebahagiaan hubungan itu…………………..
(5)
“Ingin makan siang di mana ?”
“di Sinar Budi” , di dalam hati bertanya-tanya lelaki itu. “Mengapa ia mengajak makan di tempat itu, begitu banyak restoran dan tempat makan yang eksotik --- mengapa ia mengajak ke Sinar Budi --- apakah ia merindukan kuliner Padang itu ?”
Sam Amir bertanya-tanya dalam hati ketika ia menanti di meja no. 3 --- ia teringat terakhir mereka makan berdua, di restoran lesehan di suatu tempat yang eksotik antara Kramat dan Rajagaluh.
Mungkin 2 tahun yang lalu --- setelah itu mereka hanya saling mengenang atau telepon-teleponan saja. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
(6)
“Ingat enggak sewaktu di Cirebon ada Pekan Olah Raga ?”. Lelaki itu menatap wajah si Wanita.
“Mas mengirimkan nasi kotak dari restoran ini --- tetapi restoran ini masih bertempat di Jalan Karanggetas.”
Byar
Mereka tertawa lepas, ya, itu tahun 1978 --- nasi kotak jatah Panpel dikirimkan lelaki itu kepada Ellya, gadis cantik anak Kuningan itu.
Ini sudah tahun 2012--- hampir Desember pula, mereka belum juga menikah memadukan percintaan yang demikian lama.
Di masa tua ini --- ternyata menikmati cinta platonik adalah sisi lain dari kekayaan kehidupan.
[MWA] (Cermin Haiuku -70)