(1)
Seingat-ingat semasa muda dulu ini tidak pernah menjadi topik menarik --- memanjangkan, membesarkan atau keduanya --- panjang dan besar.
Ketemunya topik ini menjadi perhatian sewaktu ke Pelabuhan Ratu, bisnis kayu --- tetapi rupanya di daerah itu ada satu jenis bisnis lain, yang menjadi tagline --- merubah ukuran penis. Yang beken adalah seorang nenek-nenek, konon ampuh.
Biasalah di Indonesia, semuanya bisa dicalokan dari Anggaran di Banggar DPR RI sampai klinik (?) Nenek-nenek ahli merubah ukuran penis --- dari tukang ojek mendapat cerita bahwa nenek yang membuka praktek di dekat Pasar Cisolok berhasil “mem-Pakde-kan” penis Orang Jerman.
(2)
Terperanjat.
Teman pensiunan BI bercerita bahwa, ia pernah mencoba keahlian membesarkan penis di Pancur Batu Medan.
“Ah, tidak awet, dan tidak bisa keras betul --- memang bertambah ukuran tu “
Tidak sampai detail, apakah dukun di Pancur Batu itu nenek-nenek juga, atau jenis lelaki.
Kok di Jawa saat ini malah banyak diiklankan, ahli “Pakde” itu dikerjakan oleh perempun-perempuan muda, menggeser nenek-nenek dalam profesi itu.
Ah, ahha !
Suatu saat jumpa lagi sama pensiunan itu, ia bercerita :
“Eh aku penasaran dengar informasi, di Rengas Dengklok ada nenek ahli membesarkan ……………. Aku ke sana. Pertama-tama kita disuruh memilih ukuran bambu berminyak, macam-macam ukuran panjang atau besarnya. Kemudian bambu pilihan diisi ketan yang telah matang, ada ritual dan dipanaskan --- ketan matang dikeluarkan, angat-angat di santap, seperti lemanglah --- kemudian minyak santan dibambu diurutkan ke objek ……………. Membesarlah dia !”
Pensiunan itu tertawa tergelak- gelak : “Membesarlah seketika, seperti biasanya saja --- untuk itu Rp. 300 ribu ……………. Mau diperkarakan malu awak !”
(3)
Memang ada juga di jaman kanak-kanak kita saling menunjukkan ukuran penis ( sesama anak lelaki) --- mungkin kalau dari pihak anak perempuan terhadap “Penis”, memang ada topik Ilmu Psikologi-nya --- konon anak perempuan selalu cemburu (di bawah sadarnya) terhadap penis ……………… topik itu terminologinya ……… “clitoral envy”.
Jadi kita dulu tahu beberapa teman yang memang mempunyai ukuran komparatif atau malah superlatif --- ketika remaja, baru masuk “ilmu ajaran sesat” yang tidak bertanggung jawab bahwa, perempuan lebih menyukai “yang besar” --- mulai gentar terhadap ukuran “relatif”.
Lebih nikmat dan lebih jantan untuk jaminan mendapatkan keturunan ! Kata ajaran sesat itu.
(4)
Barangkali itulah anasir pengetahuan yang menyesatkan, yang kemudian menyuburkan bisnis pengobatan ataupun macam-macam obat oles membesarkan dan memanjangkan --- dari cara tradisional mengurut pakai “teh dan ludah basi” sampai minyak lintah, dan memakan kuliner berbahan belut, sampai yang sangat berbahaya dengan cairan kimiawi atau mekanis vakum.
Berbahaya !
Secara pribadi sewaktu jaman mahasiswa …………….. timbul optimisme ………….. naik kapal laut, mandi ramai-ramai, semua lelaki bertelanjang --- termasuk seorang tentara gendut dengan anak-anaknya.
“Barangnya kecil, kok bisa beranak juga ?!”
(5)
Tersenyum dan tergoda …………… naik bis Jakarta-Cirebon, lewat lumbung padi Indonesia, di daerah Subang --- biasa disetiap petak sawah memasang poster macam-macam produk pupuk tambahan, tonikum padi, obat anti hama ………………… terpampang poster --- “Sawah ini memakai produk kami MC EROT “
Sawah itu menghijau, rumpun padinya gemuk subur…………… mungkin nanti bulirnya panjang dan besar-besar (?).
Produk Amerika apa Inggris enggak jelas --- malah jangan-jangan produk lokal !
[MWA] (Features-80)