Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Wow, Mo Limo --- dan Ciri-ciri Manusia Jawa (Features-71)

5 Agustus 2012   15:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:13 443 3

(1)

Setelah ceramah Mochtar Lubis bertajuk Pandangan tentang Sejarah Indonesia dengan keadaan dunia sekarang dan hari depan dunia, diucapkan di Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta, hari Senin tanggal 30 Januari 1978 --- ceramah itu diterbitkan dengan judul Bangsa Indonesia (masa lampau-masa kini-masa depan), Mochtar Lubis, Yayasan Idayu, Jakarta 1978.

Terbuka suasana polemik, dialog, dan kritik --- ceramah itu sendiri adalah otokritik Bangsa Indonesia --- 34 tahun yang lalu, Manusia Indonesia sekaliber Mochtar Lubis telah menunjukkan, kelemahan dan potensi kekuatan Bangsa ini.

 Nyatanya Bangsa Indonesia sampai saat ini (67 tahun Merdeka)  --- hanya menjadi Bangsa Lamban, Tertinggal, dengan Budaya yang Retrogresif.

 

Kritik dan polemik itu mendorong sejumlah akademisi, jurnalis lain, budayawan, dan lain-lain profesi dan latar belakang pengetahuan, susul-menyusul menulis artikel dan buku, mengenai hal yang sama, atau sub-kultur dalam bangsa ini.

 

Ternyata arus kritik dan Antithese,  untuk menemukan Sinthese yang optimal, yang bisa menjadi Strategi Kebudayaan --- lenyap tidak berbekas --- Sistem Pendidikan Nasional ada, menghasilkan, tetapi tidak efekfik .

 

Bangsa Indonesia terjebak pada Budaya Retrogresif --- budaya yang menghasilkan kinerja yang mundur secara budaya --- koruptif, jiwa maling, malas mau enake dewe, lupa daratan tidak mampu bertanggungjawab.

 

 

 Manusia Indonesia yang tertegun melihat, Menteri melakukan tindakan koruptif, ada Jenderal malah menjadi penyadap kekayaan Negara --- menjadi pencuri ---  ada Akademisi turut pula dalam jaringan curi-mencuri --- eh, Birokrat di dalam lingkungan Tanggungjawab keagamaan pun ternyata juga “jadi maling” --- seharusnya mereka-mereka itu  adalah Negarawan yang mewujudkan Cita-cita Proklamasi Kemerdekaan

(2)

Menyusul kemudian buku berjudul Manusia Jawa,  Drs. Marbangun Hardjowirogo, Penerbit CV Masagung, Jakarta -1983 (cetakan I) --- lantas terbit pula Manusia Sunda, Ajip Rosidi, Inti Idayu Press, Jakarta – 1985.

Kedua buku itu tentu tepat sekali untuk dikaji ulang --- walaupun mungkin kita tidak mampu harus mencari teks dan literatur yang membahas suku bangsa kita lainnya. Kita bisa mengkaji sosok Manusia Indonesia  masa kini dibandingkan dengan bench-mark kemajuan budaya bangsa lain saat ini.

Itu juga salah satu taktik untuk melihat realitas atas bangsa ini.

 

Misalnya, kita malu membaca dan menyaksikan “jiwa kintel atlet Indonesia” di Arena Terhormat Olimpiade London 2012.

“……………….Skandal Memalukan Ganda Putri Indonesia di Olimpiade London 2012 …………… Kompasiana.com    http://olahraga.kompasiana.com/raket/2012/08/02/skandal-memalukan-ganda-putri-indonesia-di-olimpiade-london-2012/

Mau apa ?  Koreksilah karakter pengecut, manipulatif dan tidak bertanggung jawab itu !

Yang bertanggungjawab sejak Menteri Pemuda dan Olah Raga sampai pelatih --- mundurlah dari jabatan-nya.

Beranikah Manusia Indonesia berbuat kesatria ?

Apakah Orang Indonesia tidak mengenal azas Olimpiade ?   Citius, Altius, Fortius --- Lebih  Cekatan --- Lebih Tinggi --- Lebih Kuat !

Sungguh aneh dan memalukan --- Mismanagement ---  menghasilkan Kesia-siaan.

(3)

Kali ini kita coba mengutip dan mengungkapkan beberapa aspek dalam menyoroti Manusia Jawa  , yang ditulis oleh Drs. Marbangun Hardjowirogo, CV Haji Masagung, cetakan I (1983) ………III (1989).

Dalam jaringan budaya Manusia Jawa dalam Bab Sikap Feodalistik Manusia Jawa, kita mencoba memilah mosaic  ………….. sisi mental attitude Manusia Jawa.

 

Ungkapan pertama yang dikemukakan Marbangun Hardjowirogo (MH) ; besar kemungkinan berasal dari Pujangga besar Ronggowarsito : “ ………… ngerti ing panuju, prasasat pagere wesi . “ (barangsiapa tahu bagaimana menuju hati seseorang, bagaikan ia berpagar besi.).  Dalam pembahasannya dikemukakan  contoh, …….. harus mampu menafsirkan pujian Atasan, untuk memperoleh jaminan kedudukan ……………… membikin senang Atasan !  (Ngerti ing panuju !).

Lantas.

Ini attitude yang perlu kita renungkan --- yang bisa terpakai, atau malah saat ini Manusia Jawa telah mencair menjadi sikap manusia nasional :

1.     Tinimbang sing edan, luwih becik sing eling ! (Ketimbang yang gila, lebih baik yang sadar) --- bisakah kegilaan Budaya Korupsi ini disadari ?

2.    Lha kok  ngaya timen mborong lemah. Wong mati butuhe toh mung rong meter --- alangkah sadisnya kini Menteri (?), Birokrat, anggota DPR RI, penegak hukum dan semua pihak yang berkesempatan “mencuri dan meng-korupsi APBN dan Aset Negara” --- persis kalimat kiasan itu. Rakus, tamak tanpa rasa filsafati Pancasila.

3.    Konon Manusia Jawa “mempunyai sikap suka mengrutu sebagai the silent majority” --- lho, malah mungkin kini Manusia Indonesia pun sudah kepalang tanggung, punya sikap demikian  sebagai mayoritas (tidak acuh dalam dendam, golput) ……… Hati-hatilah ketenangan semacam itu mempunyai potensi ledakan, gejala konflik sosial secara horizontal telah menampakkan dirinya.  “Yen mlaku aja sok ndangak mundhak kesandung mula luwih becik tumungkula !”

4.     Apakah bangsa ini (ink. Manusia Jawa) lupa “aja kadhuwuren  ing panjangka “ --- jangan berangan-angan terlalu tinggi sebaiknya melihat gejala di sekeliling. Wewarah ini  sebenarnya ditafirkan pengarang tersebut (positif), membatasi kenikmatan !  (sebagai sikap hidup).  Tetapi kini ……………………… Manusia Indonesia , (Seperti Batara Kala ingin menelan bumi).

5.    Cegah dan Tangkal 5 ma; yakni minum, madat, madon, main, dan mangan --- lima mo yang menjadi ancaman bagi Indonesia --- menjadi penyakit badani maupun sosial, bahkan madat jelas menjadi ancaman nyata pada generasi kini dan nanti, sudah berkelindan dalam jaringan Budaya koruptif.

 

Manusia Jawa telah menjadi Manusia Indonesia --- yang terancam eksistensinya karena tidak mampu melahirkan Negarawan untuk mewujudkan Cita-cita Proklamasi  17 Agustus 1945 --- yang dicapai malah Budaya Retrogresif yang hanya menghasilkan Kinerja yang mundur dari tolok ukur Budaya Kontemporer yang diperlukan.

[MWA] (Features-71)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun